KADIPATEN PURO PAKUALAMAN
Sebelum masuk jauh ke dalam komplek bangunan utama, di sebelah timur pintu
gerbang terdapat museum dan kantor yang sekarang dimanfaatkan sebagai stasium
pemancar gelombang radio FM. Pada bangunan pendopo terdapat seperangkat alat musik gamelan yang sering
digunakan dalam acara perayaan tertentu. Barang-barang tersebut memiliki seni
yang lebih mencerminkan peralatan dari daerah Surakarta.
Sejarah Berdirinya Kadipaten Puro Paku Alam
Sri Sultan Hamengku Buwono I memberikan tanah Lungguh kepada Pangeran Notokusumo karena jasanya.
Sepeninggal Sri Sultan Hamengku Buwono II, Pangeran Notokusumo menjadi sadar
bahwa perlu baginya untuk membangun kekuatan sendiri agar mampu menghadapi segala
kemungkinan yang bisa saja menimpa pada dirinya.
Usaha pemerintahan Inggris di Indonesia untuk mengurangi kekuatan Sri
Sultan Hamengku Buwono III adalah dengan mengangkat Pangeran Notokusumo menjadi
“Pangeran Merdeka”, jumeneng nata
pada tahun Jawa tanggal 11 Jumadilawal tahun Alip Angka 1739 Senin Pon tanggal
22 Juni 1812 dengan sebutan Pangeran Adipati Paku Alaman I. Kontrak politik
dengan pemerintah Inggris baru dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 1813.
Sejak itulah berdiri Kadipaten Pakualaman yang memperoleh hak atas tanah
secara turun-temurun seluas 4000 cacah di daerah Pajang dan Bagelen, sedang
yang terletak di daerah Yogyakarta berada di daerah Brosot, Galur, Panjatan,
Tawangrejo, Tawangsongko yang berada di daerah Sugai Progo dan Sungai Bogowonto.
No comments:
Post a Comment