MUSEUM SASANA WIRATAMA
A. Museum Sasana Wiratama
Museum Sasana Wiratama didirikan atas pemrakarsa
Bapak Mayor Jendral Surono bersama segenap keluarga Pangeran Diponegoro pada
tahun ± 1968–1969. Museum Sasana
Wiratama didirikan di atas tanah milik Pangeran Diponegoro di Tegalrejo,
Yogyakarta yang merupakan tanah wakaf dari Ibu Kafatin, istri dari Bapak Dr.
Sahir.
Proses pembuatan Museum, dilakukan dengan merehabilitasi rumah yang pernah dipergunakan sebagai tempat tinggal Pangeran Diponegoro. Adapun Penanaman prasasti dilakukan pada tanggal 6 Oktober 1868, peresmian pendopo tanggal 9 Agustus 1869 yang kemudian dinamakan Sasana Wiratama. Peresmian Museum Sasana Wiratama ditandatangani oleh R. A. Kafatin, R.K.T. Projodiningrat, dan Nyi Hajar Dewantoro.
Pada pintu masuk kedalam Museum akan melalui gapura masuk yang dibuat dengan gaya Paaduroso. Dibelakang gapura terdapat hiasan berupa raksasa yang berkelahi dengan seekor ular naga yang merupakan sengkalan Buto mekso basukining bawono, yang artinya menunjukan angka tahun awal perang Diponegoro yaitu 1825.
Proses pembuatan Museum, dilakukan dengan merehabilitasi rumah yang pernah dipergunakan sebagai tempat tinggal Pangeran Diponegoro. Adapun Penanaman prasasti dilakukan pada tanggal 6 Oktober 1868, peresmian pendopo tanggal 9 Agustus 1869 yang kemudian dinamakan Sasana Wiratama. Peresmian Museum Sasana Wiratama ditandatangani oleh R. A. Kafatin, R.K.T. Projodiningrat, dan Nyi Hajar Dewantoro.
Pada pintu masuk kedalam Museum akan melalui gapura masuk yang dibuat dengan gaya Paaduroso. Dibelakang gapura terdapat hiasan berupa raksasa yang berkelahi dengan seekor ular naga yang merupakan sengkalan Buto mekso basukining bawono, yang artinya menunjukan angka tahun awal perang Diponegoro yaitu 1825.
Koleksi-koleksi yang ada di Museum Wiratama adalah sebagai berikut :
1. Koleksi di Halaman Luar Pendopo
Wiratama, terdiri dari
a. Padasan di bawah pohon manggis
a. Padasan di bawah pohon manggis
hubungan dengan Negara Cina. Menurut bentuknya padasan ini berfungsi untuk
tempat wudlu Pangeran Diponegoro
b. Meriam.
c. Batu Yoni dan Lingga.
d. Lubang
tembok (halaman belakang).
Lubang tembok ini dulunya berukuran kecil tapi sekarang menjadi besar yang
disebabkan oleh pelapukan pengaruh cuaca. Lubang tembok ini digunakan oleh
Pangeran Diponegoro untuk meloloskan diri dari kepungan Belanda.
disebabkan oleh pelapukan pengaruh cuaca. Lubang tembok ini digunakan oleh
Pangeran Diponegoro untuk meloloskan diri dari kepungan Belanda.
e.
Kereta.
a. Meja dan kursi.
b. Mata uang yang digunakan pada masa
penjajahan Belanda di
Indonesia.
Indonesia.
c. Alat-alat perang.
d. Kayu manggis yang terletak berdekatan
dengan padasan.
3.
Koleksi-koleksi Yang Ada di Pendopo
a. Gamelan
b. Relief perjuangan Pangeran Diponegoro dengan panjang 20 M dan tinggi
4 M dan terdiri dari 3 bagian yang menceritakan sejarah perjuangan Pangeran
Diponegoro dari awal sampai akhir.
B. Perang Diponegoro
Perlawanan rakyat Jawa merupakan bentuk penolakan
terhadap penetrasi kolonial yang dilakukan oleh Belanda dan negara-negara Eropa
pada umumnya. Perlawanan Diponegoro merupakan perjalanan panjang Perang Pangeran
Diponegoro yang dibantu oleh para ulama, bangsawan, dan rakyat Jawa bertujuan
menentang kebijakan pemerintahan kolonial.
Adanya pemasangan patok dalam rangka pembangunan jalan kereta api tanpa seijin
penguasa lokal pada saat itu memicu protes Pangeran Diponegoro yang mendapat
dukungan dari Pangeran Mangkubumi (pemasangan patok melewati makam leluhur
Pangeran Diponegoro).
Stabilitas keamanan semakin memburuk ketika protes
yang dilakukan Pangeran Diponegoro dijawab dengan pengepungan kediaman Pangeran
Diponegoro. Dalam pengepungan tersebut Pangeran Diponegoro bersama keluarga dan
pengikutnya dapat melarikan diri dengan merusak tembok samping rumah dan
mengungsi ke daerah Dekso dan kemudian ke selatan di daerah Selarong.
Perang Diponegoro berlangsung pada tahun 1825–1830
dan merupakan perlawanan rakyat di Jawa. Strategi perang gerilya didukung kekuatan
yang besar membuat pihak kolonial merasa gerah dalam menghadapi perlawanan
tersebut. Kekuatan
perlawanan Diponegoro secara umum berasal dari unsur sebagai berikut :
1. Dukungan golongan bangsawan yang kecewa
terhadap peraturan Van der Capeller
tahun 1822 yang melarang adanya usaha perkebunan swasta di daerah kerajaan
Yogyakarta dan Surakarta.
tahun 1822 yang melarang adanya usaha perkebunan swasta di daerah kerajaan
Yogyakarta dan Surakarta.
2. Dukungan golongan ulama.
3. Dukungan Bupati-bupati daerah seperti Jepara,
Banyumas, Tegal, Bagelen,
dan bupati-bupati manca negara timur.
dan bupati-bupati manca negara timur.
4. Spontanitas dukungan rakyat yang memang
menunggu munculnya seorang
pemimpin yang mereka anggap dapat membebaskan mereka dari segala bentuk
penindasan dan penghisapan. Perang Jihad yang dikobarkan para ulama
sepuh dan pengikut Pangeran Diponegoro merupakan kendaraan yang sangat
bagus dalam mencari dukungan rakyat kalangan bawah.
Berbagai surat selebaran juga disampaikan kepada rakyat di daerah-daerah yang antara lain
berbunyi :
pemimpin yang mereka anggap dapat membebaskan mereka dari segala bentuk
penindasan dan penghisapan. Perang Jihad yang dikobarkan para ulama
sepuh dan pengikut Pangeran Diponegoro merupakan kendaraan yang sangat
bagus dalam mencari dukungan rakyat kalangan bawah.
Berbagai surat selebaran juga disampaikan kepada rakyat di daerah-daerah yang antara lain
berbunyi :
1. Laksanakan segala ajaran Al – Quran dengan
sebaik-baiknya.
2. Janganlah mengganggu saluran air ke
sawah rakyat.
3. Setiap perjuangan tidak diperkenakan
memungut pajak perairan.
4. Berlakunya adil terhadap sesama manusia.
5. Berjuanglah terus untuk membela agama.
Di pihak lawan, maka Belanda
melancarkan serangan dengan sistim benteng (benteng stelsel) terhadap pusat-pusat kekuatan Pangeran Diponegoro di
daerah Gua Selarong, Dekso, daerah Gunung Merapi, Bagelen, dan Pegunungan
Menorreh.
Setelah lima tahun peperangan
berlangsung, belum nampak adanya penyelesaian, akhirnya pihak Belanda membuat
taktik penangkapan Diponegoro dengan dalih
mengadakan genjatan senjata (perundingan) di kota Magelang.
Ketika beliau hadir dalam
perundingan, beliau langsung ditangkap. Karena geram akan kelicikan Belanda, Pangeran Diponegoro meninggalkan
bekas cakaran kuku di kursi beliau yang sekarang kursi tersebut diabadikan di
museum Diponegoro Magelang. Diponegoro
kemudian diasingkan
ke Manado, dan dipindah lagi ke benteng Belanda di Makasar. Diponegoro wafat di tempat
pengasingannya Makasar Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Januari 1855.gbr. Kursi tempat duduk P. DIponegoro yang ada bekas cakaran |
Gbr. Jubah Pangeran Diponegoro
No comments:
Post a Comment