CANDI SAMBISARI
A. Letak
Candi Sambisari
Lokasi
Candi Sambisari berada di Desa Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman. Letak ± 12,5 km dari pusat kota Yogyakarta dan ±2,5
dari jalan raya Yogyakarta–Solo, dari desa Sorogenen membelok ke utara masuk
jalan desa yang cukup luas menuju Desa Sambisari. Jika dari kejauhan candi sambisari hanya
terlihat puncaknya yang berbentuk ratna atau kuncup bunga.
B. Sejarah Candi Sambisari
1. Sejarah Penemuan Candi Sambisari
Penemuan
Candi Sambisari terjadi secara tidak disengaja sekitar bulan Juli 1966, bermula
dari seorang petani yang mengerjakan sawah milik Bapak Karyoinangun, dan
ternyata cangkulnya membentur batu keras. Setelah diteliti ternyata batu keras
tersebut berupa batu berukir yang merupakan salah satu bagian runtuhan candi[1].
Berita penemuan tersebut sampai di Kantor Cabang I Lembaga Purbakala dan
peninggalan Nasional di Prambanan[2].
Selanjutnya diadakan peninjauan dan penelitian di tempat penemuan. Setelah
didapat kepastian bahwa yang temukan merupakan sebuah candi terpendam segera
diadakan tindakan penyelamatan dengan mengadakan penggalian secepatnya.
Selanjutnya diadakan pemugaran awal dengan mengelompokkan batu-batu sejenis dan
selanjutnya melakukan percobaan penyusunan. Hasil dari pemugaran didapatkan
bentuk candi Sambisari yang sekarang ini.
Keunikan
dari candi Sambisari yaitu candi ini terpendam didalam tanah sedalam 6,5 meter.
Hal ini dimungkin karena adanya letusan gunung merapi sehingga muntahan gunung
tersebut menutup bangunan candi
.
2. Sejarah Pendirian Candi Sambisari
Pendirian
candi Sambisari belum dapat dipastikan karena tidak ada bukti kongkrit yang
mendukung penentuannya. Untuk menentukan ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
1. Segi arsitektur, oleh Prof. Dr. Soekmono
digolongkan abad 8 M.
2. Berdasar batu isian yang digunakan adalah
batu padas, diperkirakan pembuatannya sezaman dengan Candi Prambanan, Plaosan,
dan Sojiwan ±
abad 9 sampai dengan abad 10 M.
3. Berdasar penemuan sekeping daun emas
bertulis, menurut penafsiran paleografis, Bucchori berpendapat tulisan tersebut
berasal dari permulaan abad 9 M.
Candi
Sambisari merupakan bangunan suci agama Hindu untuk memperkirakan siapa raja
yang mendirikan harus dicari dari dinasti Sanjaya yang menganut agama Shiwa.
Dan dari daftar prasasti Wanua Tengah III yang paling mendekati tahun pendirian
candi Sambisari yaitu Rakai Garun, 828 – 846 M. Satu hal yang perlu diketahu
tidak semua candi dibangun oleh raja yang memerintah.
C. Deskripsi Candi Sambisari
Candi Sambisari
terdiri satu buah candi induk menghadap ke barat dengan 3 buah candi perwara
yang berhadap langsung dengan candi induk. Candi berbentuk bujur sangkar ukuran
43,65 m x 13,65 m dan tinggi seluruhnya 7,5 m. Candi Sambisari tidak memiliki
kaki sebenarnya, sehingga alasnya (soubasement) juga berfungsi sebagai
kaki candi. Karena
hal itu, relung-relungnya hampir rata dengan selasar. Tangga naik selasar
diapit sayap tangga yang ujungnya dihiasi dengan makara yang disangga
orang cebol dengan kedua tangannya.
Ambang atas gapura tidak ditemukan hiasan kepala kala.
Di lantai
selasar terdapat tonjolan atau semacam umpak berjumlah 12 buah, berbentuk
persegi panjang 4 buah dan 8 buah berbentuk bulat. Tubuh
candi 5 m x 5 m dan tingginya 2,5 m. Tangga naik ke selasar di sisi barat,
lebarnya 2,5 m mengelilingi tubuh candi dan sisi-sisinya ditutup pagar langkan.
Sisi luar dinding tubuh candi terdapat relung-relung yang diatasnya terdapat
relung-relung yang dihiasi kepala kala berjumlah 3 buah penyebutannya
searah jarum jam atau pradasikna yaitu :
Di relung ini terdapat
patung Durga Mahisasuramardini bertangan 8, tangan kanan memegang
trisula, cakra, panah dan menarik ekor nandi sedang tangan kiri atas tidak
memegang apa-apa lalu yang kiri kedua memegang parasu. Di atas patung terdapat Makara.
Durga adalah Dewi Kematian, karena itu ditempatkan menghadap utara yang
merupakan mata angin kematian. Digambarkan Durga berdiri di atas lembu,
menggambarkan Sura yang dikalahkan. Lembu tersebut jelmaan raksasa yang
menyamar dan sesudah dikalahkan mahkluk jahat itu ditarik dari badan lembu lalu
menunjukkan sifat yang sesungguhnya.
2.
Candi Bagian Timur
Relungnya terdapat arca Ganesha
di bawah naungan Makara. Posisi duduk diatas Padmasana. Patung Ganesha
berkepala gajah duduk dengan perutnya yang gendut melambangkan dewa bahagia dan
ilmu pengetahuan. Tangannya berjumlah empat, kanan belakang memegang tasbeh,
kiri belakang memegang kampak, dan kiri depan memegang mangkuk yang dihisapnya
dan salah satu gadingnya putus dipegang tangan kanan depan. Di mahkotanya
terdapat tengkorak dan bulan sabit (Ardhacandrakapala) sebagai tanda
Ganesha adalah anak dari Shiwa.
3.
Candi bagian selatan
Terdapat arca Agastya
atau Shiwa Mahaguru. Berdiri di atas padmasana. Bertangan dua, tangan kanan
memegang aksamala (tasbeh) sedang tangan kiri memegang kamandalu
(Kendi air kehidupan). Di atas bahu
kiri terdapat camara (pengusir lalat). Dan terdapat senjata trisula
sebagai tanda Shiwa. Berjanggut panjang dan dengan perut buncit merupakan gambaran seorang guru. Selain itu di muka bilik terdapat relung yang ditempati
dewa-dewa penjaga pintu yaitu Mahakala
dan Nandisswara, akan tetapi kedua arca tersebut telah hilang.
4. Bilik Candi Sambisari
4. Bilik Candi Sambisari
Di dalam bilik candi
ditempati perwujudan Shiwa yaitu lingga dan yoni yang merupakan persatuan Siwa
dengan Cakti-nya. Selain itu juga sebagai lambang
kesuburan. Kesimpulnya candi Sambisari bersifat Ciwaistis. Diantara batu
landasan dengan lingga terdapat cerat Yoni mengarah ke utara, di bawahnya ada
hiasan seekor naga yang bertugas menjaga lingga dan yoni. Lingga tersebut
berukuran 1,75 m x 1,75 m x 3,75 m. Sedangkan yoni berukuran 1,34 m x 1,34 m x
1,34 m.
Di depan candi
terdiri 3 buah candi perwara dengan ukuran, perwara tengah 5,90 m x 4,80 m.
perwara utara dan selatan 4,80 m x 4,820 m. Ketiganya tidak memiliki tubuh dan
atap candi, yang ada hanya kaki diatasnya terdapat pagar langkan. Perwara
tengah dan utara, dibagian tengah terdapat lapik (padestal) berbentuk
bujur sangkar diatasnya terdapat padmasana. Perwara selatan tidak ditemukan
Komplek
candi Sambisari dikelilingi pagar tembok dari batu putih 50 m x 48 m.
Masing-masing pagar terdapat pintu masuk, tetapi sekarang pintu masuk bagian
utara dan timur ditutup. Di halaman terdapat 8 lingga semu yang terletak di
delapan arah mata angin, 4 di depan pintu dan 4 di setiap sudut. Di luar pagar terdapat teras selebar 8 m dengan tangga naik
keempat sisinya.
D. Pemanfaatan Candi Sambisari Sakarang
Keberadaan
candi Sambisari sekarang menjadi obyek kunjungan wisata baik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Sekarang ditambah bangunan baru berupa teras yang
dibawahnya terdapat gorong-gorong yang berfungsi sebagai saluran air. Hal ini
dimaklumi karena letak candi yang berada di kedalaman tanah sehingga muncul
sumber mata air di bagian timur candi, jika tidak dialihkan akan menggenangi
komplek candi. Didalam gorong-gorong sekarang digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar.
Juga
terdapat pagar kedua yang sekarang baru ditampakkan sebagian sisi timur. Candi
Sambisari masih digunakan sebagai tempat pemujaan oleh penganut Hindhu oleh
masyarakat sekitar candi. Selain itu dibangun gedung informasi yang memuat
foto-foto keadaan candi pertama kali ditemukan dan selama perbaikan serta
terdapat miniatur candi Sambisari.
tempatnya nyaman dan bagus,recommended untuk rekreasi bagi keluarga, maupun bersama pasangan anda Rental Mobil Jogja
ReplyDelete