MUSEUM KEKAYON YOGYAKARTA
Museum Wayang Kekayon yang berkedudukan di Jalan
Raya Yogyakarta–Wonosari km. 7 No. 227 Yogyakarta didirikan pada tanggal 23
Juli 1990 oleh Prof. Dr. KPH Soejono
Prawirohadikusumo, DAS, DAJ. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Sri Paku
Alam VIII pada tanggal 5 Januari 1991 dan mulai beroperasi sepenuhnya pada
tanggal 17 Juni 1992.
Tujuan utama didirikan Museum Wayang Kekayon
Yogyakarta adalah sebagai tempat preservasi atau pemeliharaan kebudayaan
nasional khususnya kebudayaan wayang. Selain menjalankan fungsi tersebut,
museum ini juga mempunyai fungsi pendidikan, wahana penelitian dan rekreasi
karena pada saat-saat tertentu (secara periodik) diadakan pertunjukan kesenian
tradisional/pagelaran wayang, yang dilanjutkan dengan acara makan bersama dan
peninjauan keliling museum.
BAGIAN-BAGIAN MUSEUM KAKAYON
Terdapat pembagian babagan wayang. Wayang dibagi
menurut perkembangan sejarah manusia sejak manusia purba hingga manusia modern.
Adapun pembagian ruang yaitu :
1. Museum Wayang : terbagi 9 unit dengan tiap unit berisi
jenis wayang yang berbeda-beda, diantaranya :
a. Unit I (Wayang Purwa gaya Yogyakarta)
Berisi era lokapala, Ramayana, mahabarata, paska
baratayudha, pagelaran wayang purwa lengkap gaya Yogyakarta dan wayang orang
Gatot Kaca.
b. Unit II (wayang Purwa gaya Surakarta)
Berisi rincian busana wayang, silsilah dinasti
Bharata, Palasaran Krama, jejeran Astina, Pasetran Gondo Mayit, Parapetan agung
para dewa, karno tanding, budalan astina, wayang orang Sri Bhatara Krisna
c. Unit III (Wayang Madya dan Gedhog)
Berisi wayang
Geculan, bandung bondowoso,
anglingdarmo, panjiklana ,klasifikasi wayang berdasarkan formatnya, aneka
gunungan wayang madya gaya Surakarta, wayang gedhog gaya Yogyakarta, wayang
orang Dewi Sinta.
d. Unit IV (wayang klitik, krucil, dan beber)
Berisi cerita
Damarwulang begel, Minakjingga lena, rama tambak, mintaraga, adegan goa
kiskendo, wayang klitik gaya Yogyakarta, Wayang Klitik gaya Banyuwangi
Tulunggangung, wayang beber gaya Surakarta, Wayang orang Prabu Gambiranom.
e. Unit V (Aneka jenis wayang)
Berisi Wayang Madura,
wayang dupara, wayang kertasuran, wyang kidang kencana, wayang kancil, wayang
purworejo, wayang kaper, wayang ortang Prabu Rama Wijaya.
f. Unit VI (Aneka jenis wayang)
Berisi wayang Bali,
wayang menak, wayang perjanjian, wayang suluh, wayang golek menak, golek wahtu,
golek tengul, wayang orang anoman.
g. Unit VII (wayang golek dan kreasi baru)
Terdiri wayang Jawa,
wayagn tutur, wayang transparan gaya Surakarta, Wayang Diponegoro, wayang Golek
Purwa, Golek Cepak, Golek Sunda Mini, Wayang Sejati, dan wayang Orang Dewi
Trijata.
h. Unit VIII ( topeng dan pagelaran Mini)
Terdiri Topeng
Yogyakarta, Bali, Madura, Campuran, busana Wayang orang, Yuyu kangkang, Joko
Tarub, Kethek Ogleng, Jathilan, Barong Bali, wayang orang Dasamuka.
i.
Unit IX (aneka
jenis wayang)
Terdiri Wayang Kreasul,
wayang orang turis, wayang-wayangan, wayang Thailand, wayang Potehi, Wayang
Karton, Proses pembuatan wayang. Wayang orang Kumbakarna. Juga menyimpan
koleksi Kurawa Seratus yang terbuat dari kulit kerbau.
2. Gedung Induk
Bentuk gedung menggunakan arsitektur Jawa, Bangunan
museum berbentuk Joglo lengkap dengan kuncung, pendopo, longkang, peringgitan
dan ndalem di atas tanah seluas 2.500 meter persegi. Ini adalah bangunan pokok yang dipergunakan
untuk gedung pagelaran, wahana konvensi pertemuan dan gedung serbaguna.
3. Bangunan Sejarah dalam Taman
4. Taman da hutan Mini
Berupa Lingkungan hidup
yang ditata. Juga terdapat pepohonan yang rindang yang menambah keasaarian
komplek museum kakayon.
Wayang sedikitnya mempunyai tiga arti :
1.
Wayang kulitnya sendiri
2.
Pagelaran wayang
3.
Reflesi falsafah hidup Jawa
Wayang mengandung arti : drama, sastra, suara,
tari, karawitan, ukir, dan pahat serta mempunyai unsur : hiburan, seni,
pendidikan dan penerangan, ilmu pengetahuan, kejiwaan, mistik, dan simbolik.
Dalam bertindak sebagai medium mendatangkan roh nenek moyang dalam bentuk
bayang-bayang, kemudian bayang-bayang ini menggelarkan imitasi kehidupan
manusia kepada penonton, menunjukkan kebenaran dan kesalahan. Pementasan wayang zaman dahulu adalah pentas sakral.
A. Asal-usul Wayang
Antara abad ke- 5 M
seorang seniman besar India Valmliki, karya besar yang ia ciptakan adalah
Ramayana berbentuk Kavya’s terdiri 24.000 Slaka dan berbahasa Sansekerta. Karya
besar India lainnya adalah Mahabharata diciptakan oleh Veda Viasa pada abad ke-4 juga berbentuk
kavya’s dengan 100.000 slaka dan berbahasa Sansekerta.
Betapa besar pengaruh kedua karya besar itu dapat
diamati pada waktu Balitung (abad ke-9) membangun Candi Prambanan dan menghiasi
candi tersebut denga relief Ramayana. Tetapi prasasti yang menyatakan adanya
pagelaran wayang di Jawa adalah baru pada zaman Kediri (abad ke-10). Tokoh
Punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong tidak dikenal bangsa India. Katawin
adalah karya asli bangsa Indonesia, inspirasi antara lain datang dari India,
falsafah-falsafah dalam cerita wayang adalah falsafah Indonesia (Jawa) asli
demikian pula sopan santun, tembang,
seni lukis, seni ukir, seni tari, seni pahat, seni drama adalah bersifat
Indonesia (Jawa) asli.
Peng-Indonesiaan Ramayana dan Mahabharata makin
kental setelah kasus Kartasura (abad ke-18). Katawin Ramayana menjadi serat
Ramayana berbentuk mencapai (syair Jawa, gaya Jawa) dengan bahasa Jawa baru dan
huruf Jawa baru (Yusadipura) demikian pula katawin Mahabharata akhirnya serat
Ramayana dibuat menjadi serat pedhalangan ringgit purwa dengan bahasa Jawa baru
dan huruf latin.
Raffles menyatakan bahwa orang Jawa telah menyusun
peta khusus tempat atau daerah perwujudan dalam ceritera pewayangan di Pulau
Jawa, misalnya Awangga sekitar Yogyakarta, Hastina, dan Pringgodani sekitar
selatan Tegal–Pekalongan, Amesta di timur laut Semarang, Madura dan Mandarika
di Pulau Madura.
Wayang di Indonesia secara umum mempunyai jenis
yang berbeda-beda dan mempunyai aliran seni yang berbeda pula. Adapun
generalisasi munculnya dunia pewayangan adalah sebagai berikut :
1.
Wayang purwa adalah wayang tertua, (arti purwa adalah
pertama) Menurut prasasti sudah ada sejak zaman Kediri abad ke-11 atau semasa
pemerintahan Jayabaya abad ke–12. Wayang purwa adalah seni dinamis, berkembang
sesuai zaman, selalu berasas etika dan pendidikan. Wayang Purwa merupakan suatu
perlambang atau mempunyai arti personifikasi kehidupan
manusia di dunia.
2.
Wayang kulit madya muncul zaman Kediri – Majapahit (abad
ke-12 – abad ke-16). Menceritakan era pasca Bharatayuda, Prabu Angling Darma,
bentuknya merupakan kombinasi wayang purwa dan wayang gedhong.
3.
Wayang kulit gedhog zaman Kediri – Majapahit (abad ke-12
sampai abad ke-15). Gedhog artinya sudah sampai batas, sebagai batas pemisah
dengan cerita wayang purwa, menceritakan Sri Gathayu, Panji Asmara Bangun
dengan Dewi Galuh Candrakirana dari Jenggala.
4.
Wayang Klithik timbul abad ke-16, menceritakan Prabu
Banjarsari sampai Majapahit, Damarwulan dan Minakjinggo.
5.
Wayang beber, sudah ada sejak abad ke-12 sampai abad
ke-16, mengandung cerita Panji dan cerita Majapahit.
6.
Wayang Kartasuran atau wayang dupala, abad ke-18 berisi
cerita mulai Majapahit sampai Pangeran Diponegoro.
7.
Wayang suluh, timbul abad ke-20, wayang kulit ini
menceritakan perjuangan Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, mulai zaman
Belanda, Jepang sampai revolusi.
8.
Wayang golek cepak abad ke-16, terdapat di daerah Cirebon
berisi cerita panji.
9.
Wayang golek sunda, sudah ada pada abad ke-19, berisi
cerita wayang purwa dan sangat terkenal di Jawa Barat.
10.
Wayang golek menak, sejak abad ke-19. Merupakan wayang dakwah agama islam, mengandung cerita
Arab wong agung menak atau Amir Ambyah di pusat bumi atau Mekah, terdapat di
Jawa Tengah.
11.
Wayang thengul, sudah ada sejak abad ke-19, wayang
berbentuk boneka ada yang berkaki seperti wayang pathe, China, berisi cerita
panji.
12.
Wayang wahyu, muncul abad ke-20 wayang golek atau wayang
kulit ini menceritakan isi kitab perjanjian lama, merupakan wayang dakwah agama
Nasrani.
13.
Wayang wong, sudah ada sejak abad ke-19 dengan manusia
sebagai pemainnya menceritakan Ramayana dan Mahabharata.
14.
Wayang kreasi baru yang muncul pada perkembangan zaman
abad ke-20.
15.
Wayang diponegoro, wayang Wisnuwardhana, wayang ukur,
wayang kreajul.
No comments:
Post a Comment