CANDI PLAOSAN
A. Letak Candi Plaosan
Candi Plaosan
berada disebelah timur candi sewu. Terletak di Desa Plaosan, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Berada pada jalur jalan raya Yogya-Solo ke arah utara. Candi ini ditemukan
pada pertengahan abad ke XIX dan keadaanya rusak. Batu penyusunnya dari bahan
batu kali (andhesit).
B Sejarah Candi Plaosan
Candi Plaosan dibangun oleh Rakai Pikatan yang berasal dari dinasti Sanjaya sebagai hadiah pada permaisurinya yang beragama Budha yaitu Pramudawardhani dari dinasti Syailendra. Perkawinan keduanya bertujuan menyatukan dua dinasti yang saling bermusuhan dalam ikatan perkawinan.
Ini dikuatkan dengan diketemukan tulisan pendek menyebut Sri
Kahulunan (Pramodawardhani). Menurut prasasti Kelurak menyebutkan
tentang pembuatan arca Manjunsri yang terkandung pengertian Budha, Dharma,dan
Sangga. Serta Prasastia Plaosan Lor dimana diyakini pada setiap candi perwara
terdapat prasasti mini. Bunyi prasasti “Wa Ne Ra Je”, namun didepan Wa
seharusnya ada 2 huruf lainnya. Sayang batu tidak utuh. Isi Prasasti
menunjukkan persembahan untuk raja, namun epigrafnya tidak diketahui siapa raja
yang dimaksud.
C. Deskripsi Candi Plaosan
Candi Plaosan merupakan perpaduan dari dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Syailendra yang beragama Budha sehingga bangunan candi bergaya Budha Mahayana dan bercorak Syailendra ditandai dengan adanya kala yang berbentuk segitiga serta adanya stupa.
Candi Plaosan tergolong unik karena terdiri 2 candi induk berbentuk persegi panjang dan masing-masing terdiri 2 tingkat. Masing-masing candi induk dibatasi pagar atau gapura serta arca dwarapala. Kedua candi dikelilingi dengan candi dan perwara.
Candi Plaosan merupakan kompleks candi yang terdiri dari Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul yang dipisahkan oleh jalan raya dan sawah. Dilihat dari ukurannya candi Plaosan Lor lebih besar dari pada candi Plaosan Kidul. Namun, kedua candi tersebut memiliki kesamaan yaitu sama-sama menghadap ke barat.
Candi Plaosan merupakan perpaduan dari dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Syailendra yang beragama Budha sehingga bangunan candi bergaya Budha Mahayana dan bercorak Syailendra ditandai dengan adanya kala yang berbentuk segitiga serta adanya stupa.
Candi Plaosan tergolong unik karena terdiri 2 candi induk berbentuk persegi panjang dan masing-masing terdiri 2 tingkat. Masing-masing candi induk dibatasi pagar atau gapura serta arca dwarapala. Kedua candi dikelilingi dengan candi dan perwara.
Candi Plaosan merupakan kompleks candi yang terdiri dari Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul yang dipisahkan oleh jalan raya dan sawah. Dilihat dari ukurannya candi Plaosan Lor lebih besar dari pada candi Plaosan Kidul. Namun, kedua candi tersebut memiliki kesamaan yaitu sama-sama menghadap ke barat.
1.
Candi Plaosan Lor
Halaman komplek candi Plaosan terbagi menjadi tiga yaitu :
Halaman komplek candi Plaosan terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Halaman pertama, adalah tempat
dimana merupakan pembatas antara kedua candi yaitu adanya pagar dimana
masing-masing jalan masuk menuju candi terdapat bangunan pintu gerbang selain
kedua pintu gerbang yang ada di depan masing-masing candi utama, juga terdapat
pintu gerbang yang menghubungkan kedua candi utama.
b. Halaman kedua, ditempati oleh
tiga deret candi Perwara yang berjumlah 174 buah candi yang mengelilingi kedua
candi utama. Pada halaman ini terdapat 2 pasang arca dwarapala yaitu
raksasa penjaga pintu bangunan yang membawa senjata belati dan gada, dimana
arca ini tiap pasangnya mengapit jalan masuk ke candi utama selatan dan candi
utama utara.
Bangunan candi menyerupai
papan catur dengan 81 kotak dan 69 stupa. Di candi Plaosan Lor merupakan
bangunan kembar yang bentuk arsitekturnya istimewa yaitu bangunannya berlantai
dua dengan jumlah bilik candi yang berbeda dengan candi lain pada umumnya yaitu
berjumlah 6 relung atau bilik yaitu 3 di bawah dan 3 lagi di atas. Perkiraan
dua lantai utara didasari pada lubang yang ada di sudut barat daya yang diduga
sebagai landasan tangga kayu menuju lantai atas. Selain itu adanya jendela di
tubuh bagian atas semakin memperkuat dugaan candi ini berlantai dua
Memasuki candi bagian dalam terdapat 3 relung. Relung bagian tengah
disebut Awailatikeswara. Dalam candi masih terdapat arca asli. Arca
utama yang ada di tempat persajian dalam kamar arca Budha Manjungsri Maha Bodhisatwa Padmapani dan Wajrapani ialah
dewa-dewa yang juga ada dalam candi
Mendut. Cara duduk disebut Lolitasana yaitu satu kaki dilipat dan satunya dijulurkan
ke bawah diatas padmasana . Relung kamar samping diduga
tempat para Dyani Budha yang berjumlah lima, sedangkan relung lain ditempati
oleh dua tokoh lain dari Dewa Mahayana.
Pada relung utara terdapat relief tentang gambaran seorang bangsawan yang
berada di hutan diikuti abdinya. Di bilik selatan
reliefnya menggambarkan seorang bangsawan yang diapit abdinya. Di bagian
baratnya menggambarkan bangsawan yang sedang bersemedi dipayungi abdinya
sebelah kanan, sedangkan sebelah kirinya terdapat pohon kalpataru.
Pembuatan patung mengikuti
seni Gandara Amarawati yaitu dari India Selatan. Ukel rambut pada
patung disebut Usnisa Mata ketiga. Dan pada dahi terdapat seperti jerawat yang dinamakan Urna.
Pada leher terdapat 3 lipatan kebahagian. Pada relung selatan terdapat stupa
lambang kesucian.
Motif hias pada kaki candi antara lain bunga dalam jajaran belah ketupat,
motif purbakala yang diwujudkan dalam bentuk bejana yang dari dalamnya tumbuh
sulur-sulur di kanan dan kiri serta
motif yang dikanan kirinya terdapat sayap dan diapit sulur-sulur. Sedangkan
motif hias di tubuh candi berupa mahkluk khayangan.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, masih ada lagi bangunan yang berada di utara deretan candi Perwara yang mengelilingi kedua candi utama. Bangunan tersebut berupa batur pendopo atau Mandapa yang dikelilingi oleh dua deret candi perwara berbentuk stupa yang bagian Selatan). Disebut batur pendopo atau Mandapa karena diatas lantai terdapat 16 umpak batu yang posisinya membentuk persegi panjang. Adanya umpak ini memberikan indikasi adanya bangunan kayu yang berfungsi sebagai alas pendukung tiang-tiang bangunan yang sekarang sudah tidak tersisa lagi. Selain umpak, diatas batur terdapat altar yang denahnya membentuk huruf U. Bangunan ini juga dilengkapi dengan pintu masuk di sebelah barat.
Kompleks candi Plaosan kidul letaknya diselatan Candi Plaosan Lor.
Terdiri dari satu candi induk yang dikelilingi 18 candi perwara kecil dan 69
buah bangunan stupa.
Kita akan menjumpai denah yang teratur rapi teratur bukan sebagai mana aslinya,
melainkan bangunan tersebut dalam taraf pemugaran kembali. Yaitu pemugaran candi induk yang menghadap ke
barat. Begitu juga dengan perwaranya. Seharusnya kedua bangunan tersebut saling berhadapan. Pada dinding candi
induk bagian utara terdapat tulisan berbunyi Sri Kahulunan.
Pada pondasi candi terdapat
peti batu tetapi dalam keadaan kosong. Di tengah-tengah candi terdapat altar
bujur sangkar, mungkin dahulu bekas sebuah pendopo.
D. Pemanfaatan Candi Plaosan Sekarang
Dahulu Candi Plaosan dipergunakan
sebagai tempat upacara utamanya perayaan Waisak. Dimulai dari Candi Plaosan
Kidul menuju ke candi Plaosan Lor baru setelah itu ke candi Sari. Serta di
candi Plaosan Lor pada lantai atas dipergunakan sebagai tempat hunian sekaligus
tempat menyimpan benda-benda keagamaan
misal tasbih, kitab, benda-benda keagamaan lain.
Sedangkan sekarang pemanfaatan
candi Plaosan sebagai salah satu aset kekayaan negara yaitu sebagai tempat
obyek wisata baik bagi wisatawan lokal maupun
wisatawan asing. Selain itu sebagai tempat penelitian bagi mahasiswa
atau pelajar yang berkaitan dengan sejarah dan arkheologi.
uraian menarik
ReplyDeleteApa itu pesugihan gunung Kemukus https://www.youtube.com/watch?v=33R53-Tka1A
ReplyDelete18 Ciri istri selingkuh https://www.youtube.com/watch?v=jWn_BkzE9V0&t=637s
ReplyDelete