BENTENG VREDEBURG
Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat
strategis karena berada dipusat kota Yogyakarta. Luas tanah yang ditempati
yaitu seluas 22.480 m2 dengan batas sebelah utara : Jl. Pabringan,
sebelah timur : Jl. Sriwedari, sebelah selatan : Jl. Panembahan Senopati, dan
sebelah barat : Jl. Jenderal Ahmad Yani. Karena letak yang strategis maka
Museum Benteng Vredeburg sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan atau
event-event berskala nasional maupun regional.
Berdirinya Benteng Vredeburg berkaitan
dengan adanya Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan
perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi. Perjanjian
ini sebenarnya hasil rekayasa politik Belanda yang ingin ikut campur tangan
dalam urusan negeri Raja-raja Jawa. Pada hakekatnya perjanjian Giyanti tersebut
merupakan usaha untuk membelah kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu
Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta
diperintah Pangeran Mangkubumi yang nantinya bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono Senopat Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin
Panatagama Khalifatul I. Sedangkan Kasunanan Surakarta diperintah Paku Buwono
III.
Selanjutnya Sri Sultan Hamengku Buwono I
mengambil langkah untuk segera membangun Kraton. Sri Sultan Hamengku Buwono I
selain seorang panglima perang yang tangguh juga seorang ahli bangunan yang
hebat. Proses pembangunan kraton cukup lama dimulai 9 Oktober 1755 sampai
dengan tahun 1792. Melihat pembangunan kraton yang pesat, menimbulkan sikap
curiga dipihak Belanda. Mengantisipasi keadaan ini Belanda bertaktik dengan
mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng dekat kraton
dengan dalih untuk menjaga keamanan Kraton dan sekitarnya. Dibalik itu semua, tujuan
utama yaitu memudahkan pengawasan kegiatan Sultan di Kratonnya. Sultan
mengizinkan pembuatan benteng, tetapi dalam perjalanannya proses pembuatan lambat.
Hal ini dikarenakan Sultan mengetahui tujuan utama Belanda mendirikan Benteng
dekat Kraton. Oleh sebab itu proses pembuatannya diperlambat. Setelah selesai,
Benteng diberi nama ”Rustenburg” atau Benteng Peristirahatan. Selang beberapa
tahun diganti namanya menjadi Benteng ”Vredeburg” atau Benteng Perdamaian. Hal
ini diambil dari manifestasi hubungan Sultan dengan pihak Belanda yang tidak
saling serang waktu itu.
Dalam perkembangan politik di Indonesia,
Benteng Vredeburg mengalami perubahan status kepemilikan. Yaitu diakui milik
Belanda, Jepang, dan terakhir dalam pengawasan Indonesia sampai sekarang.
A. Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Koleksi museum adalah jenis benda bukti
material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya yang disimpan dalam
museum dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu
pengetahuan, dan teknologi serta kebudayaan. Museum Benteng Vredeburg dikhusukan
untuk museum sejarah perjuangan nasional. Sampai saat ini Museum Benteng
Vredeburg menyajikan koleksi-koleksi seperti diantaranya :
1.
Koleksi Bangunan
1.1. Selokan atau Parit
Pembuatan parit atau selokan ini dimaksudkan sebagai rintangan paling luar
terhadap serangan musuh. Parit dibuat disekeliling benteng dengan perhitungan
musuh akan datang dari segala arah. Tetapi dalam perkembangannya parit tidak
berfungsi lagi sebagai sarana pertahanan tetapi sebagai sarana pembuangan. Sisa
parit dapat dilihat dibawah jembatan depan gerbang sebelah barat.
1.2. Jembatan
Dahulunya sebagai jembatan angkat untuk menghubungkan daerah dalam benteng
dengan daerah luar benteng. Saat ini jembatan dapat dilihat adalah jembatan
yang mengalami banyak perubahan dan berkembangnya teknologi maka jembatan tidak
lagi berupa jembatan gantung, tetapi dibuat permanen. karena kondisi benteng
yang tidak mampu menopang kendaraan perang yang keluar masuk benteng.
1.3. Tembok (beteng)
Tembok sebagai lapisan kedua setelah parit. Pembangunan tembok dan anjungan
sehingga benteng Vredeburg berfungsi sebagai pertahanan, pengintaian,
penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. Sekarang sebagian
anjungan (barat, timur, dan selatan) masih dapat disaksikan. Juga relung-relung
di atas tembok sebagai tempat meriam.
1.4. Pintu Gerbang
Dibangun sebagai jalan keluar dan masuk komplek benteng. Sekarang hanya
ditemukan tiga buah pintu gerbang yaitu sebelah barat, timur, dan selatan. Di
sebelah selatan dibuat kecil (berbentuk terowongan).
1.5. Bangunan-bangunan dibagian tengah
Berupa bangsal-bangsal yang semula sebagai
barak para prajurit maupun perwira. Dalam perkembangannya bukan sebagai tempat
pertahanan melainkan tangsi militer atau tempat tinggal. Bangunan berupa
lapangan didalam komplek yang luas.
2.
Koleksi
Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa
benda-benda nyata bukan tiruan dan berperan dalam suatu proses terjadinya
peristiwa sejarah dalam pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kebudayaan. Berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah,
pakaian, peralatan dapur dan lain-lain
3.
Koleksi
miniatur, replika, lukisan, dan benda-benda conventioanal.
Koleksi berupa Miniatur, replika, lukiasa,
hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan.
Akan tetapi karena besar arti dan peranannya dalam pengembangan sejarah maka
perlu dilestarikan yaitu dengan membuat replika.
4. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
4. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan penggambaran suatu
peristiwa dengan sistem tiga dimensi. Saat ini Museum Benteng Vredeburg telah menyajikan
adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55 buah, yang
ditempatkan dalam 4 ruang (minirama I, II, III dan IV)
Minirama II, menggambarkan selintas peristiwa
sejarah sejak Proklamasi sampai dengan Agresi Militer Belanda I. Sebanyak 19
buah minirama.
Minirama III, menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak Perjanjian Renville sampai dengan Pengakuan Kedaulatan RIS. Sebanyak 18 buah minirama.
Minirama IV, menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951 sampai dengan tahun 1974 yaitu peristiwa pemilihan umum pertama di Yogyakarta, konferensi Colombo, Seminar pancasila, pencanangan Trikora, peristiwa dan penumpasan G 30 S PKI di Yogyakarta, serta amanat Presiden Suharto tentang P 4 di UGM.
Keberadaan Benteng Vredeburg sekarang
menjadi obyek kunjungan wisata baik wisata studi maupun rekreasi. Sedangkan
pengunjungnya berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini disebabkan
letak Beteng Vredeburg yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan terkenal di
Yogyakarta yaitu Pasar Bringharjo. Sehingga sebagai salah satu daya tarik
pengunjung untuk datang dan melihat koleksi di Museum Benteng Vredeburg.
Keadaan bangunan Museum Benteng Vredeburg sekarang ada yang dialih fungsikan
dari fungsi semula. Hal ini lebih diutamakan peran Museum Benteng Vredeburg
dahulu dan sekarang berbeda. Dahulu sebagai tempat pertahanan, sekarang lebih
utama sebagai cagar budaya sejarah bangsa yang harus dilestarikan sebagai
tempat pembinaan bagi generasi muda supaya tidak melupakan sejarah bangsanya.
No comments:
Post a Comment