Wednesday, January 21, 2015

Museum Kakayon



MUSEUM KEKAYON YOGYAKARTA






Museum Wayang Kekayon yang berkedudukan di Jalan Raya Yogyakarta–Wonosari km. 7 No. 227 Yogyakarta didirikan pada tanggal 23 Juli 1990 oleh Prof. Dr. KPH Soejono Prawirohadikusumo, DAS, DAJ. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Sri Paku Alam VIII pada tanggal 5 Januari 1991 dan mulai beroperasi sepenuhnya pada tanggal 17 Juni 1992.
Tujuan utama didirikan Museum Wayang Kekayon Yogyakarta adalah sebagai tempat preservasi atau pemeliharaan kebudayaan nasional khususnya kebudayaan wayang. Selain menjalankan fungsi tersebut, museum ini juga mempunyai fungsi pendidikan, wahana penelitian dan rekreasi karena pada saat-saat tertentu (secara periodik) diadakan pertunjukan kesenian tradisional/pagelaran wayang, yang dilanjutkan dengan acara makan bersama dan peninjauan keliling museum.

BAGIAN-BAGIAN MUSEUM KAKAYON
Terdapat pembagian babagan wayang. Wayang dibagi menurut perkembangan sejarah manusia sejak manusia purba hingga manusia modern. Adapun pembagian ruang yaitu :
1.      Museum Wayang : terbagi 9 unit dengan tiap unit berisi jenis wayang yang berbeda-beda, diantaranya :
a.      Unit I (Wayang Purwa gaya Yogyakarta)
Berisi era lokapala, Ramayana, mahabarata, paska baratayudha, pagelaran wayang purwa lengkap gaya Yogyakarta dan wayang orang Gatot Kaca.

b.      Unit II (wayang Purwa gaya Surakarta)
Berisi rincian busana wayang, silsilah dinasti Bharata, Palasaran Krama, jejeran Astina, Pasetran Gondo Mayit, Parapetan agung para dewa, karno tanding, budalan astina, wayang orang Sri Bhatara Krisna

c.      Unit III (Wayang Madya dan Gedhog)
Berisi wayang Geculan,  bandung bondowoso, anglingdarmo, panjiklana ,klasifikasi wayang berdasarkan formatnya, aneka gunungan wayang madya gaya Surakarta, wayang gedhog gaya Yogyakarta, wayang orang Dewi Sinta.

d.      Unit IV (wayang klitik, krucil, dan beber)
Berisi cerita Damarwulang begel, Minakjingga lena, rama tambak, mintaraga, adegan goa kiskendo, wayang klitik gaya Yogyakarta, Wayang Klitik gaya Banyuwangi Tulunggangung, wayang beber gaya Surakarta, Wayang orang Prabu Gambiranom.

e.      Unit V (Aneka jenis wayang)
Berisi Wayang Madura, wayang dupara, wayang kertasuran, wyang kidang kencana, wayang kancil, wayang purworejo, wayang kaper, wayang ortang Prabu Rama Wijaya.

f.       Unit VI (Aneka jenis wayang)
Berisi wayang Bali, wayang menak, wayang perjanjian, wayang suluh, wayang golek menak, golek wahtu, golek tengul, wayang orang anoman.

g.      Unit VII (wayang golek dan kreasi baru)
Terdiri wayang Jawa, wayagn tutur, wayang transparan gaya Surakarta, Wayang Diponegoro, wayang Golek Purwa, Golek Cepak, Golek Sunda Mini, Wayang Sejati, dan wayang Orang Dewi Trijata.

h.      Unit VIII ( topeng dan pagelaran Mini)
Terdiri Topeng Yogyakarta, Bali, Madura, Campuran, busana Wayang orang, Yuyu kangkang, Joko Tarub, Kethek Ogleng, Jathilan, Barong Bali, wayang orang Dasamuka.

i.        Unit IX (aneka jenis wayang)
Terdiri Wayang Kreasul, wayang orang turis, wayang-wayangan, wayang Thailand, wayang Potehi, Wayang Karton, Proses pembuatan wayang. Wayang orang Kumbakarna. Juga menyimpan koleksi Kurawa Seratus yang terbuat dari kulit kerbau.

2.      Gedung Induk
Bentuk gedung menggunakan arsitektur Jawa, Bangunan museum berbentuk Joglo lengkap dengan kuncung, pendopo, longkang, peringgitan dan ndalem di atas tanah seluas 2.500 meter persegi.  Ini adalah bangunan pokok yang dipergunakan untuk gedung pagelaran, wahana konvensi pertemuan dan gedung serbaguna.

3.      Bangunan Sejarah dalam Taman
Taman ini menggambarkan replica bangunan sejarah zaman manusia purba Austronosia, Hindu, era Majapahit, pengaruh Islam, Belanda, era Kartasura, Era Mangkubumi, zaman Jepang sampai zaman Proklamasi.

4.      Taman da hutan Mini
Berupa Lingkungan hidup yang ditata. Juga terdapat pepohonan yang rindang yang menambah keasaarian komplek museum kakayon.

Wayang sedikitnya mempunyai tiga arti :
1.       Wayang kulitnya sendiri
2.       Pagelaran wayang
3.       Reflesi falsafah hidup Jawa

Wayang mengandung arti : drama, sastra, suara, tari, karawitan,  ukir, dan pahat serta mempunyai unsur : hiburan, seni, pendidikan dan penerangan, ilmu pengetahuan, kejiwaan, mistik, dan simbolik. Dalam bertindak sebagai medium mendatangkan roh nenek moyang dalam bentuk bayang-bayang, kemudian bayang-bayang ini menggelarkan imitasi kehidupan manusia kepada penonton, menunjukkan kebenaran dan kesalahan. Pementasan wayang zaman dahulu adalah pentas sakral.









A.    Asal-usul Wayang

Antara abad ke- 5 M seorang seniman besar India Valmliki, karya besar yang ia ciptakan adalah Ramayana berbentuk Kavya’s terdiri 24.000 Slaka dan berbahasa Sansekerta. Karya besar India lainnya adalah Mahabharata diciptakan  oleh Veda Viasa pada abad ke-4 juga berbentuk kavya’s dengan 100.000 slaka dan berbahasa Sansekerta.
Betapa besar pengaruh kedua karya besar itu dapat diamati pada waktu Balitung (abad ke-9) membangun Candi Prambanan dan menghiasi candi tersebut denga relief Ramayana. Tetapi prasasti yang menyatakan adanya pagelaran wayang di Jawa adalah baru pada zaman Kediri (abad ke-10). Tokoh Punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong tidak dikenal bangsa India. Katawin adalah karya asli bangsa Indonesia, inspirasi antara lain datang dari India, falsafah-falsafah dalam cerita wayang adalah falsafah Indonesia (Jawa) asli demikian pula sopan  santun, tembang, seni lukis, seni ukir, seni tari, seni pahat, seni drama adalah bersifat Indonesia (Jawa) asli.
Peng-Indonesiaan Ramayana dan Mahabharata makin kental setelah kasus Kartasura (abad ke-18). Katawin Ramayana menjadi serat Ramayana berbentuk mencapai (syair Jawa, gaya Jawa) dengan bahasa Jawa baru dan huruf Jawa baru (Yusadipura) demikian pula katawin Mahabharata akhirnya serat Ramayana dibuat menjadi serat pedhalangan ringgit purwa dengan bahasa Jawa baru dan huruf latin.
Raffles menyatakan bahwa orang Jawa telah menyusun peta khusus tempat atau daerah perwujudan dalam ceritera pewayangan di Pulau Jawa, misalnya Awangga sekitar Yogyakarta, Hastina, dan Pringgodani sekitar selatan Tegal–Pekalongan, Amesta di timur laut Semarang, Madura dan Mandarika di Pulau Madura.

Wayang di Indonesia secara umum mempunyai jenis yang berbeda-beda dan mempunyai aliran seni yang berbeda pula. Adapun generalisasi munculnya dunia pewayangan adalah sebagai berikut :
1.       Wayang purwa adalah wayang tertua, (arti purwa adalah pertama) Menurut prasasti sudah ada sejak zaman Kediri abad ke-11 atau semasa pemerintahan Jayabaya abad ke–12. Wayang purwa adalah seni dinamis, berkembang sesuai zaman, selalu berasas etika dan pendidikan. Wayang Purwa merupakan suatu perlambang  atau  mempunyai arti personifikasi kehidupan manusia di dunia.
2.       Wayang kulit madya muncul zaman Kediri – Majapahit (abad ke-12 – abad ke-16). Menceritakan era pasca Bharatayuda, Prabu Angling Darma, bentuknya merupakan kombinasi wayang purwa dan wayang gedhong.
3.       Wayang kulit gedhog zaman Kediri – Majapahit (abad ke-12 sampai abad ke-15). Gedhog artinya sudah sampai batas, sebagai batas pemisah dengan cerita wayang purwa, menceritakan Sri Gathayu, Panji Asmara Bangun dengan Dewi Galuh Candrakirana dari Jenggala.
4.       Wayang Klithik timbul abad ke-16, menceritakan Prabu Banjarsari sampai Majapahit, Damarwulan dan Minakjinggo.
5.       Wayang beber, sudah ada sejak abad ke-12 sampai abad ke-16, mengandung cerita Panji dan cerita Majapahit.
6.       Wayang Kartasuran atau wayang dupala, abad ke-18 berisi cerita mulai Majapahit sampai Pangeran Diponegoro.
7.       Wayang suluh, timbul abad ke-20, wayang kulit ini menceritakan perjuangan Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, mulai zaman Belanda, Jepang sampai revolusi.
8.       Wayang golek cepak abad ke-16, terdapat di daerah Cirebon berisi cerita panji.
9.       Wayang golek sunda, sudah ada pada abad ke-19, berisi cerita wayang purwa dan sangat terkenal di Jawa Barat.
10.   Wayang golek menak, sejak abad ke-19. Merupakan  wayang dakwah agama islam, mengandung cerita Arab wong agung menak atau Amir Ambyah di pusat bumi atau Mekah, terdapat di Jawa Tengah.
11.   Wayang thengul, sudah ada sejak abad ke-19, wayang berbentuk boneka ada yang berkaki seperti wayang pathe, China, berisi cerita panji.
12.   Wayang wahyu, muncul abad ke-20 wayang golek atau wayang kulit ini menceritakan isi kitab perjanjian lama, merupakan wayang dakwah agama Nasrani.
13.   Wayang wong, sudah ada sejak abad ke-19 dengan manusia sebagai pemainnya menceritakan Ramayana dan Mahabharata.
14.   Wayang kreasi baru yang muncul pada perkembangan zaman abad ke-20.
15.   Wayang diponegoro, wayang Wisnuwardhana, wayang ukur, wayang kreajul.

No comments:

Post a Comment