Monday, March 23, 2015

Purworejo



SELAYANG PANDANG KABUPATEN PURWOREJO

Purworejo atau orang lebih mengenalnya Bagelen karena nama Purworejo baru muncul setelah masa colonial  Belanda dimana wilayah Bagelen disatukan dengan beberapa daerah sekitar menjadi daerah Purworejo. Purworejo adalah kabupaten Asri dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.  Purworejo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berada di Jawa Tengah bagian selatan.
Posisi geografis Purworejo yang berada dekat Pantai dan Pegunungan menjadikan Purworejo bersuhu sedang. Dari hasil bumi Purworejo terkenal dengan buah Duren, buah Manggis, buah duku, buah kepel,dan masih banyak lagi. Dari oleh-oleh khasnya yaitu Krimping, slondok, dan lanting (makanan yang terbuat dari singkong), sedangkan budidaya ternak terkenal dengan  Kambing Etawa (kambing dari India berpostur tinggi besar. Kambing etawa ini dikawinkan dengan kambing local sehingga tercipta kambing peranakan etawa kaligesing).
Purworejo memiliki tempat-tempat yang bisa dikembangkan menjadi objek wisata diantaranya :

1. Petilasan Nyi Bagelen
Petilasan Nyi Bagelen berada di daerah Bagelen, Purworejo. Jalur Yogya – Purwokerto. Disebut petilasan bukan makam karena Nyi Bagelen tidak meninggal tetapi Moksa. Di Daerah Bagelen terkait keberadaan Nyi Bagelen terdapat pantangan bagi masyarakat Bagelen diantaranya :
- orang Bagelen dilarang menanam kedelai,
 hal ini dikarenakan dahulu salah satu putra Nyi Bagelen meninggal tertimbun tumpukan rendeng (kedelai yang sudah kering). Sampai sekarang daerah Bagelen tidak ada yang menanam kedelai.
- orang Bagelen dilarang memelihara sapi
Hal ini dikarenakan dahulu Nyi Bagelen adalah orang sakti sehingga beliau memiliki payudara yang sangat panjang sehingga bisa disampirke di pundaknya. Suatu hari dikirasalah satu putranya yang menyusu, ternyata seekor Sapi. Maka murkalah beliau sehingga melarang anak cucunya memelihara sapi.
Jika berkunjung di Petilasan Nyi Bagelen kita harus menghormati adat kebiasaan di tempat tersebut. Harus sopan baik bertindak dan berucap. Jika menuju ke petilasannya harus jalan kaki dari pinggir jalan raya sampai ke petilasan yang memang tidak jauh. selanjutnya meminta izin juru kuncinya untuk masuk.   













2. Goa Seplawan
Daerah Purworejo dahulunya lebih dikenal daerah Bagelen, merupakan wilayah kerajaan Medang Kamulan (Matam). Banyak ditemukan peninggalan bersejarah diwilayah Purworejo. Diantaranya bangunan candi Gondo arum (walaupun bentuknya tidak utuh lagi), penemuan arca emas 24 karat, lingga yoni, patung budha atau patung hindu dan lain-lain dikomplek Goa Seplawan. 
Goa Seplawan merupakan salah satu objek wisata andalan Purworejo, berada di daerah Kaligesing, di daerah pegunungan yang berhawa sejuk. Banyak dikunjungai wisatawan baik local maupun manca. Fasilitas objek wisata juga memadai ada gazebo, pendopo, kantin, mushola.












































































3. Bedug Pendowo
Bedug Pendowo adalah beduk terbesar di Indonesia bahwa terbesar di Asia Tenggara. Bedug Pendowo berada di Masjid Agung Purworejo yang berada di tengah-tengah kota Purworejo. Pembangunan tata kota diPurworejo menggunakan sistem Mocopat, yaitu pusat kota berada disekitar alun-alun yang diapit oleh Bangunan Pemerintahan Daerah, Bangunan untuk Keamanan (polisi/Penjara), bangunan untuk ibadah (masjid/gereja). Alun-alun Purworejo luasnya termasuk yang paling luas di Jawa. Bedug Pendowo Dibunyikan setiap hari Jumat untuk memanggil jamaah Muslim untuk melaksanakan Sholat Jumat. Bedug Pendowo dibuat didaerah Pendowo sekarang berada di Kompleks Puskesmas Bragolan. Di dalam kompleks Puskesmas Bragolan dibuat replica kayu jati yang sangat besar. Untuk membawa bedug pendowo dari daerah Pendowo orang menyebutnya “membawanya menggunakan SAMPUR (selendang penari) karena ukurannya yang sangat besar maka untuk memberi semangat orang-orang yang membawa Bedug pendowo, di tiap desa ditampilkan tari-tarian (kesenian jawa, dahulu orang-orang senang melihat tampilan kesenian ini) sehingga para petugas yang mendorong keberadaan bedug ini bersemangat lagi.


































4. Museum Tosan Aji
Museum Tosan AJi berada di tengah kota berada di dekat alun-alun Purworejo. disebut Tosan Aji yang artinya batu bertuah. Museum Tosan Aji menyimpan benda sejarah yang paling banyak yaitu keris. senjata yang pemakaiannya diselipkan di pinggang yang dikenakan oleh para pria.



































Gedung Agung


GEDUNG AGUNG DI YOGYAKARTA


Gedung agung yang berada di  pusat kota yogyakarta adalah saksi sejarah. karena Gedung Agung menjadi tempat tinggal sementara Presiden Soekarno dan keluarga ketika terjadi pemindahan darurat pusat pemerintahan Indonesia yang baru merdeka.
Gedung berada di pusat kota dekat Jalan Malioboro yang merupakan ikon Yogyakarta sampai sekarang. keberadaan Gedung Agung sekarang sebagai tempat bersejarah. 







Thursday, January 22, 2015

Museum Sri Sultan HB IX



MUSEUM SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX

KRATON YOGYAKARTA



Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX berada dalam kompleks Kraton Kasultanan Yogyakarta terletak di jantung kota Yogyakarta tepatnya di sebelah selatan alun-alun utara Yogyakarta. Pada mulanya kraton ini digunakan sebagai tempat

tinggal raja Kasultanan Yogyakarta dan sebagai pusat pemerintahan. Pada saat ini, sultan tidak lagi tinggal di dalam komplek kraton tetapi tinggal di komplek taman sari. Status kepemimpinan Sultan tidak mutlak seperti tempo dahulu. Sekarang sistem pemerintahan diatur oleh pemerintah pusat. Sultan menjabat sebagai Kepala Daerah Tingkat I.


Sri Sultan Hamengkubuwono IX  adalah seorang Raja Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Lahir di Yogyakarta dengan nama GRM. Dorojatun pada 12 April 1912, Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Umur 4 tahun GRM, Dorojatun tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau kuliah di Universiteit Leiden, Belanda. Ia dipanggil Hengkie atau raja muda ("Sultan Henkie").
Sultan Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo". Beliau merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat "Istimewa".
Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978 di era Suharto, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan.
Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.


A.     Bagian-bagian Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Pendirian Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX bertujuan untuk mengenang semangat juang dan jasa-jasa beliau dalam memimpin kasultanan Yogyakarta maupun peran beliau dalam kancah sejarah berdirinya Republik Indonesia. Dibangunlah sebuah ruangan disalah satu sudut kraton Yogyakarta yang menyimpan benda-benda peninggalan beliau. 
Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyimpan benda-benda yang pernah dipergunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu penghargaan-pernghargaan untuk Sri Sultan Hamengku Buwono IX baik berasal dari Presiden Republik Indonesia maupun penghargaan yang datangnya dari luar negeri. Benda-benda peninggalan beliau diantaranya : yaitu Meja kursi tempat kerja beliau, meja kursi tamu, lencana dan mendali. Selain itu terdapat lukisan dan foto-foto masa kecil, remaja, dan dewasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Disalah satu sudut ruangan terdapat tulisan ”Tahta Untuk Rakyat”, ini menunjukkan bahwa beliau seorang raja yang merakyat, sederhana, teguh pendirian, dan penuh tanggungjawab. Tanggungjawab kepada diri sendiri, rakyat, dan Tuhan. Didalam ruang terpisah, ditampilkan pakaian, sepatu, tas dan peralatan lain milik Sri Sultan Hamengku Buwono IX..
Selain benda-benda yang disebutkan diatas juga dipamerkan benda-benda kebesaran keraton Yogyakarta, yaitu  berupa Lambang kerajaan yang selalu dikeluarkan pada upacara-upacara resmi dan selalu menyertai Sultan yang biasa disebut Ampilan Dalem. Benda-benda ini dibuat dari emas dan ulasannya dibawa oleh 8 orang abdi dalem perempuan, masing-masing bertugas membawa benda yang berbentuk :
  1. Banyak / angsa adalah simbol kesucian dan kewaspadaan.
  2. Dhalang / khijang adalah simbol kegesitan dan kebijaksanaan.
  3. Sawung atau ayam jantan adalah simbol keberanian.
  4. Merak adalah simbol kewibawaan.
  5. Naga adalah simbol penyangga atau pembawa dunia.
  6. Sapu tangan emas adalah simbol dari penghapus segala kotoran, baik jasmainah maupun rohaniah.
  7. Kutuk atau kotak merupakan simbol dari daya pemikat atau penarik.
  8. Kandhil merupakan simbol dari penerangan di hati rakyat.
  9. Saput atau tempat segala macam alat. Simbol dari kesiap-siapan. Ampilan dalem satu ini harus dibawa oleh seorang lurah keparak para gusti.

















Warna-warni pakaian abdidalem ini menggambarkan warna-warna cahaya tiap-tiap manusia yang dapat dilihat dalam semadi. 
Keberadaan Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX  yang berada di dalam komplek Kraton Yogyakarta sangat penting. Yogyakarta sebagai pusat pendidikan di Indonesia dan sebagai pusat kebudayaan Jawa yang tetap lestari sampai sekarang mendukung sebagai tempat studi banding dan tempat observasi berbagai bidang ilmu.
Fungsi bangunan ada yang berubah dari sebelumnya, ini dimaklumi kondisi peradaban zaman yang semakin maju dan modern. Selain itu Gempa 27 Mei 2006 merobohkan dua bangunan yaitu bangunan yang menyimpan Keris dan kereta. 

Benteng Vredeburg



BENTENG VREDEBURG

 






Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat strategis karena berada dipusat kota Yogyakarta. Luas tanah yang ditempati yaitu seluas 22.480 m2 dengan batas sebelah utara : Jl. Pabringan, sebelah timur : Jl. Sriwedari, sebelah selatan : Jl. Panembahan Senopati, dan sebelah barat : Jl. Jenderal Ahmad Yani. Karena letak yang strategis maka Museum Benteng Vredeburg sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan atau event-event berskala nasional maupun regional.    

 

Berdirinya Benteng Vredeburg berkaitan dengan adanya Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi. Perjanjian ini sebenarnya hasil rekayasa politik Belanda yang ingin ikut campur tangan dalam urusan negeri Raja-raja Jawa. Pada hakekatnya perjanjian Giyanti tersebut merupakan usaha untuk membelah kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah Pangeran Mangkubumi yang nantinya bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono Senopat Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatul I. Sedangkan Kasunanan Surakarta diperintah Paku Buwono III.

Selanjutnya Sri Sultan Hamengku Buwono I mengambil langkah untuk segera membangun Kraton. Sri Sultan Hamengku Buwono I selain seorang panglima perang yang tangguh juga seorang ahli bangunan yang hebat. Proses pembangunan kraton cukup lama dimulai 9 Oktober 1755 sampai dengan tahun 1792. Melihat pembangunan kraton yang pesat, menimbulkan sikap curiga dipihak Belanda. Mengantisipasi keadaan ini Belanda bertaktik dengan mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng dekat kraton dengan dalih untuk menjaga keamanan Kraton dan sekitarnya. Dibalik itu semua, tujuan utama yaitu memudahkan pengawasan kegiatan Sultan di Kratonnya. Sultan mengizinkan pembuatan benteng, tetapi dalam perjalanannya proses pembuatan lambat. Hal ini dikarenakan Sultan mengetahui tujuan utama Belanda mendirikan Benteng dekat Kraton. Oleh sebab itu proses pembuatannya diperlambat. Setelah selesai, Benteng diberi nama ”Rustenburg” atau Benteng Peristirahatan. Selang beberapa tahun diganti namanya menjadi Benteng ”Vredeburg” atau Benteng Perdamaian. Hal ini diambil dari manifestasi hubungan Sultan dengan pihak Belanda yang tidak saling serang waktu itu.

Dalam perkembangan politik di Indonesia, Benteng Vredeburg mengalami perubahan status kepemilikan. Yaitu diakui milik Belanda, Jepang, dan terakhir dalam pengawasan Indonesia sampai sekarang.
       

A.    Koleksi Museum Benteng Vredeburg

Koleksi museum adalah jenis benda bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya yang disimpan dalam museum dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta kebudayaan. Museum Benteng Vredeburg dikhusukan untuk museum sejarah perjuangan nasional. Sampai saat ini Museum Benteng Vredeburg menyajikan koleksi-koleksi seperti diantaranya :

1.        Koleksi Bangunan
1.1.       Selokan atau Parit
Pembuatan parit atau selokan ini dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh. Parit dibuat disekeliling benteng dengan perhitungan musuh akan datang dari segala arah. Tetapi dalam perkembangannya parit tidak berfungsi lagi sebagai sarana pertahanan tetapi sebagai sarana pembuangan. Sisa parit dapat dilihat dibawah jembatan depan gerbang sebelah barat.
1.2.       Jembatan
Dahulunya sebagai jembatan angkat untuk menghubungkan daerah dalam benteng dengan daerah luar benteng. Saat ini jembatan dapat dilihat adalah jembatan yang mengalami banyak perubahan dan berkembangnya teknologi maka jembatan tidak lagi berupa jembatan gantung, tetapi dibuat permanen. karena kondisi benteng yang tidak mampu menopang kendaraan perang yang keluar masuk benteng.
1.3.       Tembok (beteng)
Tembok sebagai lapisan kedua setelah parit. Pembangunan tembok dan anjungan sehingga benteng Vredeburg berfungsi sebagai pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. Sekarang sebagian anjungan (barat, timur, dan selatan) masih dapat disaksikan. Juga relung-relung di atas tembok sebagai tempat meriam.   
1.4.       Pintu Gerbang
Dibangun sebagai jalan keluar dan masuk komplek benteng. Sekarang hanya ditemukan tiga buah pintu gerbang yaitu sebelah barat, timur, dan selatan. Di sebelah selatan dibuat kecil (berbentuk terowongan).   
1.5.       Bangunan-bangunan dibagian tengah
Berupa bangsal-bangsal  yang semula sebagai barak para prajurit maupun perwira. Dalam perkembangannya bukan sebagai tempat pertahanan melainkan tangsi militer atau tempat tinggal. Bangunan berupa lapangan didalam komplek yang luas.
2.        Koleksi Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda-benda nyata bukan tiruan dan berperan dalam suatu proses terjadinya peristiwa sejarah dalam pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan. Berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah, pakaian, peralatan dapur dan lain-lain
3.        Koleksi miniatur, replika, lukisan, dan benda-benda conventioanal.
Koleksi berupa Miniatur, replika, lukiasa, hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan. Akan tetapi karena besar arti dan peranannya dalam pengembangan sejarah maka perlu dilestarikan yaitu dengan membuat replika.
4.        Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan penggambaran suatu peristiwa dengan sistem tiga dimensi. Saat ini Museum Benteng Vredeburg telah menyajikan adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55 buah, yang ditempatkan dalam 4 ruang (minirama I, II, III dan IV)



Minirama I, sekilas menggambarkan peristiwa sejarah kurun waktu perang Diponegoro sampai dengan masa pendudukan Jepang di Yogyakarta. Sebanyak 11 buah minirama.

















Minirama II, menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak Proklamasi sampai dengan Agresi Militer Belanda I. Sebanyak 19 buah minirama.


Minirama III,  menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak Perjanjian Renville sampai dengan Pengakuan Kedaulatan RIS. Sebanyak 18 buah minirama.

Minirama IV, menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951 sampai dengan tahun 1974 yaitu peristiwa pemilihan umum pertama di Yogyakarta, konferensi Colombo, Seminar pancasila, pencanangan Trikora, peristiwa dan penumpasan G 30 S PKI di Yogyakarta, serta amanat Presiden Suharto tentang P 4 di UGM.


Keberadaan Benteng Vredeburg sekarang menjadi obyek kunjungan wisata baik wisata studi maupun rekreasi. Sedangkan pengunjungnya berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini disebabkan letak Beteng Vredeburg yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan terkenal di Yogyakarta yaitu Pasar Bringharjo. Sehingga sebagai salah satu daya tarik pengunjung untuk datang dan melihat koleksi di Museum Benteng Vredeburg. Keadaan bangunan Museum Benteng Vredeburg sekarang ada yang dialih fungsikan dari fungsi semula. Hal ini lebih diutamakan peran Museum Benteng Vredeburg dahulu dan sekarang berbeda. Dahulu sebagai tempat pertahanan, sekarang lebih utama sebagai cagar budaya sejarah bangsa yang harus dilestarikan sebagai tempat pembinaan bagi generasi muda supaya tidak melupakan sejarah bangsanya.