Thursday, January 22, 2015

Kasultanan Yogyakarta



KRATON KASULTANAN YOGYAKARTA


Kraton Kasultanan Yogyakarta terletak di jantung kota Yogyakarta tepatnya di sebelah selatan alun-alun utara Yogyakarta. Pada mulanya kraton ini digunakan sebagai tempat tinggal raja Kasultanan Yogyakarta dan sebagai pusat pemerintahan. Pada saat ini, Sultan tidak lagi tinggal di dalam komplek kraton tetapi tinggal di komplek taman sari.

Secara garis besar bangunan kraton dibagi atas tujuh halaman dan masing-masing halaman mempunyai bangunan yang mempunyai kegunaan tersendiri. Halaman-halaman tersebut antara lain :

A.    Halaman Sitihinggil Utara

Adalah halaman paling depan yang digunakan untuk pertemuan antara sultan dengan  pejabat kerajaan.
Bangunan-bangunan yang berada di halaman ini adalah :
1.      Bangsal Pagelaran (bangunan untuk pelaksanaan upacara Garebeg),
2.      Bangsal Pemandengan (tempat duduk sultan beserta panglima perang dalam mengamati lagihan perang),
3.      Bangsal Pangapit (tempat pertemuan senopati perang),
4.      Bangsal Pangrawit (tempat raja melantik patih),
5.      Bangsal Pacikeran (tempat jaga abdi dalem),
6.      Bangsal Sitihinggil (tempat penobatan raja dan pertemuan besar),
7.      Bangsal Manguntur Tangkil (tempat singgasana raja ketika upacara penobatan),
8.      Bangsal Witana (tempat menyimpan pusaka utama kraton),
9.      Balebang (tempat menyimpan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga),
10.  Bale Angun-angun (tempat meyimpan pusaka Kyai Sura Angun-angun),
11.  Bangsal Kori (tempat jaga abdi dalem),
12.  Tarub Agung (ruang tunggu),
13.  Regol Brojonolo (pintu gerbang).

B.     Halaman Kemandungan Utara

Bangunan-bangunan yang terdapat dalam halaman kemandungan utara adalah:
1.      Bangsal Ponconiti (ruang sidang pengadilan kraton),
2.      Bangsal Pacaosan (tempat jaga abdi dalem kraton),
3.      Regol Sri Manganti (pintu gerbang menuju bangsal Sri Manganti).

C.    Halaman Bangsal Sri Manganti

Bangunan-bangunan yang terdapat dalam halaman ini adalah :
1.      Bangsal Sri Manganti (tempat sultan menyambut tamu penting),
2.      Bangsal Trajumas (tempat pejabat istana menyambut tamu penting),
3.      Arca Raksasa Dwarapala,
4.      Regol Danapratapa (pintu gerbang ke halaman bangsal kencana).

D.    Halaman Pusat Kraton

Bangunan-bangunan dalam halaman pusat kraton adalah :
1.      Gedhong Purwaretna (kantor Kawedanan Ageng Sri Wandawa),
2.      Gedhong Kuning (kantor pribadi Sri Sultan Hamengku Buwana X),
3.      Bangsal Kencana (tempat singgasana raja dalam kesehariannya),
4.      Bangsal Prabayeksa (tempat menyimpan pusaka kraton),
5.      Bangsal Manis (tempat perjamuan keluarga istana),
6.      Kaputren (tempat tinggal putri-putri raja yang belum menikah),
7.      Masjid Panepen (tempat ibadah keluarga istana),
8.      Kraton Kilen (rumah keluarga Sri Sultan Hamengku Buwana X),
9.      Gedhong Kantor Pejabat Kantor,
10.  Bangsal Mandalasana (tempat pentas acara penting),
11.  Bangsal Kotak (tempat penari menunggu giliran berpentas),
12.  Bangsal Gangsa (ruang menyiman gamelan kraton),
13.  Kasatriyan (tempat tinggal putra-putra sultan yang belum menikah),
14.  Gedhong Kaca (bangunan baru untuk museum kraton),
15.  Gedhong Danartapura (kantor tata usaha kraton),
16.  Gedhong Patehan (tempat membuat minuman untuk keluarga raja),
17.  Regol Kemagangan (pintu gerbang ke halaman kemagangan).

E.     Halaman Kemagangan

Bangunan-bangunan yang berada dalam halaman ini adalah :
1.      Bangsal Kemagangan (tempat upacara Bedhol Songsong),
2.      Panti Pareden (tempat dibuatnya tumpeng gunungan sekaten),
3.      Regol Gadung Mlati (pintu gerbang ke halaman kemandungan selatan).

F.     Halaman Kemandungan Selatan

Bangunan yang berada dalam halaman ini adalah :
1.      Bangsal Kemandungan,
2.      Bangsal Pacaosan (tempat jaga di bagian selatan),
3.      Regol Kamandungan (pintu gerbang ke halaman sitihinggil selatan).

G.    Halaman Sitihinggil Selatan.

Di dalam halaman ini terdapat Bangsal Sasana Hinggil yang telah dipugar  pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana X (tahun 1956) dalam rangka peringatan 200 tahun berdirinya Kraton Yogyakarta.


SEJARAH BERDIRINYA KASULTANAN YOGYAKARTA


Secara garis besar Kerajaan Mataram Islam telah mengalami beberapa reorganisasi dengan berpindahnya pusat kerajaan dari daerah Kotagede  ke daerah Plered pada tahun 1578 kemudian ke daerah Kartasura pada tahun 1704 dan ke daerah Solo (Surakarta) pada tahun 1744. Perpindahan pusat kerajaan tersebut disebabkan karena adanya tekanan-tekanan politik dan ancaman keamanan dari pihak luar serta perebutan tahta kerajaan.
Ketika pusat kerajaan masih berada di Kartasura terjadi suatu pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang China  pada tahun 1940–1943 yang kemudian sering diistilahkan “Geger Pecinan”. Untuk meredam pemberontakan tersebut Sunan Paku Buwana II meminta bantuan kepada VOC. Meskipun pemberontakan dapat diatasi tetapi kerajaan di Kartasura mengalami kerusakan parah sehingga dipindahkan di daerah Sala yang kemudian dinamakan Surakarta. Atas jasa VOC tersebut, maka pada tanggal 11 Desember 1949 Sunan Paku Buwana II menandatangani surat penyerahan Mataram kepada VOC dan empat hari kemudian sunan meninggal dunia.
Kasultanan Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan yang dibangun dan didirikan berdasarkan hasil perjanjian Giyanti pada tanggal 12 Pebruari 1755. Adanya perjanjian tersebut dilatarbelakangi oleh pertentangan antara Pangeran Mangkubumi yang mempunyai daerah lungguh Sukawati dengan Raden Mas Said di Surakarta. Dengan pembagian daerah kekuasaan atas dasar Perjanjian Giyanti tersebut Pangeran Mangkubumi dinobatkan sebagai raja di Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwana.

Kraton Yogyakarta sebagai Pusat Pemerintahan dan Kebudayaan
Kraton adalah tempat tinggal raja atau ratu. Demikian juga kadhaton yang berarti tempat tinggal datu atau raja. Fungsi Kraton Yogyakarta adalah sebagai tempat tinggal raja, sebagai pusat pemerintahan, pusat kebudayaan, tempat pariwisata, kegiatan ilmu pengetahuan dan lain-lain. Dalam melakukan pemerintahannya, Sultan dibantu oleh beberapa pangeran dan abdi dalem sedangkan setiap pangeran diserahi tugas untuk memimpin sebuah kantor. Dalam menjalankan tugasnya seorang pangeran dibantu oleh seorang wakil yang berpangkat bupati. Menurut Sartono Kartodirdjo (1993) sistem pemerintahan di dalam kerajaan Mataram-Surakarta–Yogyakarta adalah sebagai berikut:

“Raja dibantu oleh Patih sebagai Wadana (kepala) golongan kepatihan atau pegawai pamong praja, sedang untuk urusan keagamaan dibantu oleh Panghulu Gede atau Wadana Kaum, atau Wadana Mutihan atau golongan pangulon. Golongan prajuritan dipimpin oleh seorang bupati, adakalanya oleh seorang pangeran. Di lingkungan kraton ada delapan Bupati Nayaka, mereka merupakan semacam dewan kerajaan yang memberikan nasihat kepada raja.”

Berdasarkan aturan tentang struktur pemerintahan Kraton Yogyakarta yang ditetapkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 8 Nopember 1999, kantor yang ada di kraton terdiri dari beberapa badan yang masing-masing mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda.

Kantor-kantor tersebut antara lain :
1.      Kawedanan ageng punokawan parwa budaya, merupakan bentuk gabungan dari:
Kawedanan ageng punokawan krida mardawa
Kawedanan pengulon
Kawedanan puralaya
Kawedanan kaputren

2.      Kawedanan ageng punokawan nityo budaya, merupakan bentuk gabungan dari :
Kawedanan ageng punokawan widya budaya
Kawedanan punokawan purayakara
Tepas banjar wilapa
Tepas museum
Tepas pariwisata

3.      Kawedanan ageng punokawan parasraya, dibentuk dari gabungan :
Kawedanan ageng punokawan wahana sarya kriya
Kawedanan ageng punokawan puraraksa
Tepas Panitikisma
Tepas keprajuritan
Tepas halpitapura
Tepas security

4.      Kawedanan ageng panitra pura, dibentuk dari gabungan :
Parentah ageng
Kawedanan ageng sri wandawa
Tepas dwarapura
Tepas darah dalem
Tepas rantam harta
Tepas danarta pura
Tepas witardana

Keterangan :
Kawedanan ageng punokawan, adalah badan yang melaksanakan sebagaian pemerintahan kraton yang bersifat teknis operasional.
Kawedanan ageng, adalah badan yang melaksanakan sebagian pemerintahan kraton yang bersifat administrasi fungsional.
Kawedanan, adalah pelaksana tekhnis operasional.
Tepas, adalah pelaksana tekhnis administrasi.
Parentah ageng, adalah badan yang bertugas menyampaikan semua perintah sultan kepada semua abdi dalem dan menyampaikan permintaan abdi dalem yang ditujukan kepada sultan.


Lambang kerajaan berupa benda-benda yang selalu dikeluarkan pada upacara-upacara resmi dan selalu menyertai sultan disebut sebagai Ampilan Dalem. Benda-benda ini dibuat dari emas dan ulasannya dibawa oleh 8 orang abdi dalem perempuan, masing-masing bertugas membawa benda yang berbentuk :
1.      Banyak / angsa adalah simbol kesucian dan kewaspadaan.
2.      Dhalang / khijang adalah simbol kegesitan dan kebijaksanaan.















3.      Sawung atau ayam jantan adalah simbol keberanian.
4.      Merak adalah simbol kewibawaan.
5.      Naga adalah simbol penyangga atau pembawa dunia.
6.      Sapu tangan emas adalah simbol dari penghapus segala kotoran, baik jasmaniah maupun rohaniah.
7.      Kutuk atau kotak merupakan simbol dari daya pemikat atau penarik.
8.      Kandhil merupakan simbol dari penerangan di hati rakyat.







No comments:

Post a Comment