Thursday, January 22, 2015

Dharma Wiratama



MUSEUM PUSAT TNI ANGKATAN DARAT

 ”DHARMA WIRATAMA”



Pemberian nama museum ”Dharma Wiratama” mempunyai arti yaitu Dharma maksudnya perbuatan baik, sedangkan wiratama berarti prajurit utama. Kesimpulannya Dharma Wiratama adalah pengabdian semua kebaikan atau perbuatan luhur yang disumbangkan oleh prajurit utama TNI AD di bidang HANKAM baik senjata maupun amal bhaktinya di bidang non HANKAM kepada bangsa dan negara.
Keberadaan Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama dirintis oleh Dinas sejarah Angkatan Darat sejak tahun 1956 yang bernama Sejarah Militer Angkatan Darata (SMAD). Membangun museum Pusat TNI AD di Yogyakarta mengingat kota ini sebagai ibu kota negara masa perjuangan 1945. Rencana ini disetujui Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan
diijinkannya penggunaan Ndalem Brontokusuman 24 Yogyakarta sejak tahun 1959, kemudian dilanjutkan dengan Surat Keputusan Kasad Nomor Keputusan 760/9/1959 tanggal 8 September 1959 tentang pengesahan Museum TNI AD.
Tanggal 17 Juni 1968 lokasi museum dipindahkan ke gedung bekas tempat tinggal Pangsar Jenderal Sudirman, namun gedung tersebut direncanakan sebagai Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Sudirman, guna mengabadikan riwayat hidup dan perjuangan beliau. Selanjutnya akan dipindahkan ke bangunan Benteng Vredeburg, tetapi gedung tersebut akan digunakan sebagai taman budaya. Alternatif berikutnya menggunakan gedung bekas Makorem 72/Pamungkas, pemilihan ini didasarkan faktar sejarah TNI AD di mana gedung tersebut pernah digunakan sebagai markas besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di masa perang kemerdekaan sebagai museum pusat TNI AD dengan nama ”Dharma Wiratama”. Sesuai surat perintah nomor Spin/823/V/1980 tanggal 27 Mei 1980 tentang pengesahan gedung bekas Korem 72/pamungkas Museum Pusat TNI AD, maka pada tanggal 29 Mei 1980 jam 10.00 WIB dilakukan serah terima dari Pangdam VII/Diponegoro kepada Kadisjarahad di Yogyakarta.
Sebelum 15 Agustus 1985 pengelolaan Geduang oleh Dinas Sejarah TNI AD, tetapi sejak Surat Keputusan Kasad Nomor Kep/25/VII/1985 tanggal 15 Agustus 1985 tentang likuidasi Dinas Serajah TNI AD menjadi Dinas Pembinaan Mental TNI Angkatan Darat (Disbintalad), maka pengelolaan oleh unit kerja Bagmuseum Subdisbin Musmontra Disibintalad.


Gedung Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama mempunyai nilai historis yang tinggi. Dibangun tahun 1904 pada masa pemerintahan Hindia Belanda merupakan tempat tinggal pejabat administratur perkebunan Belanda yang membawahi wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Pada pendudukan Jepang 1942 gedung tersebut dipergunakan sebagai markas tentara Jepang di daerah Yogyakarta disebut Syudokan.
Pada pemerintahan Republik Indonesia  (awal kemerdekaan) gedung ini dijadikan markas tinggi TKR (MT TKR/MBT). Kemudian tanggal 12 November 1945 sebagai tempat konferensi TKR dan memiliki Kolonel Sudirman Komandan Divisi V Kedu/Banyumas sebagai Panglima Besar TKR.
Perkembangannya gedung tersebut dijadikan markas Korem 72/Pamungkas dan sebagai saksi bisu peristiwa penculikan Danrem 72/Pamungkas Kolonel Inf. Katamso dan Kasrem 72/Pamungkas Letkol Inf. Sugiyono oleh pemerintak G 30 S PKI 1965 di Yogyakarta.

A.    Bagian-bagian Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama

Benda koleksi Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama berjumlah 4.236 benda koleksi dari jenis logam, kayu, kulit, kertas, dan kain yang dipamerkan dalam 20 ruangan.
Ruang-ruang :
1.       Ruang Pengantar (1), tempat mengantar pemikiran para pengunjung untuk memahami nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemderdekaan. Benda yang dipamerkan : lukisan Kasad tahun 1947 Kol GPH Djati Kusumo sampai sekarang (2007), sejarah kronologis perlawanan bangsa Indonesia penjajah (1511-1945), sejarah kronologis perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut menegakkan dan mengisi kemerdekaan (1945-1979), skema perkembangan dan perjuangan TNI AD. Serta prasasti tanda diresmikan Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama tahun 1982 oleh Kasad Jenderal TNI Poniman.


2.       Ruang Pangsar Jenderal Sudirman (2): Konferensi TKR pada 12 November 1945 telah memilik Kolonel Sudirman sebagai Panglima Besar TKR, kemudian tanggal 18 Desember 1945 Presiden Sukarno melantiknya di Istana Yogyakarta. Benda yang dipamerkan adalah benda-benda yang dipergunakan pada waktu itu seperti meja kursi, pesawat telepon, meja kursi tamu dan wastafel.
3.       Ruang Letjen Oerip Sumoharjo (3) : beliau diangkat sebagai Kepala Staf Umum MT TKR pada tanggal 15 Oktober 1945, sedangkan Panglima TKR adalah Shodanco Supriyadi. Semenjak diangkat tidak diketahui rimbanya maka diangkatlah Oerip Sumoharjo sebagai Kepala Staf Umum TKR mendampingi Kolonel Sudirman yang terpilih sebagai Panglima Besar TKR. Benda-benda yang dipamerkan : meja kursi,pesawat telepon dan meja kursi tamu.


4.       Ruang Palagan (4) : menggambarkan sejarah perjuanagn bangsa Indoensia untuk mempela dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 dari ancaman bangsa asing yang akan menjajah kembali. Pertempuran melawan Sekutu (Belanda, Australia, Inggris), dan Jepang yang tidak menghormati kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Beberapa pertempuran/palagan diantaranya :
Palagan Medan, disebut Medan Area pada bulan Oktober 1945 sampai agresi Belanda petama 21 Juli 1947.
Palagan Palembang, disebut Pertempuran 5 hari 5 malam di sepanjang sungai Musi tanggal 1 sampai dengan 5 Januari 1947.
Palagan Bandung, disebut Bandung lautan Api pada akhir Nopember 1945 sampai dengan  24 Maret 1946.
Palagan Semarang, disebut Pertempuran 5 hari di Semarang melawan Jepang pada tanggal 15 sampai dengan 19 Oktober 1945.
Palagan Ambarawa,  yang diawali dikuasainya kota Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945.
Palagan Surabaya, merupakan puncak pertempuran arek-arek Surabaya pada tanggal 10 Nopember 1945 yang sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Palagan Bali, dikenal Perang Puputan atau  Marga Rana yaitu bertempur sampai titik darah penghabisan pada tanggal 20 Nopember 1946.
Palagan Makassar, dikenal dengan korban 40.000 jiwa pada bulan Oktober 1945 sampai dengan April 1946 sebagai akibat kekejaman Belanda.

5.       Ruang Senjata Modal Perjuangan Kemerdekaan (5) : dipamerkan berbagai senjata sebagai modal perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan.Senjata-senjata berupa senjata tradisional seperti bambu runcing, tombak, keris, kelewang, panah, ganco, petel, ketapel, dan lain-lainnya. Senjata-senjata buatan sendiri seperti granat gamyok, stengun, meriam kecepek, senjata rampasan dari Jepang dan Belanda seperti granat nanas, pistol mouser dan sebagainya. 

6.       Ruang dapur umum (6) : menampilkan dapur umum yang dipergunakan untuk memasak makanan oleh rakyat untuk membantu logistik bagi para pejuang yang berada di garis depan pertempuran.Peralatan sangat sederhana seperti kukusan, dandang, kekep, tenggok dan sebagainya. Dapur umum dilengkapi dengan alat komunikasi berupa kentongan yang berfungsi sebagai alat menghubungkan pengumpulan massa serta tanda bila ada bahaya.

7.       Ruang Alhub dan Alkes (7) : memamerkan alat perhubungan dan alat kesehatan tahun 1945 sampai dengan 1950 yang dipergunakan pada perang kemerdekaan. Alat perhubungan seperti telepon Belanda, bateray radio, radio pemancar penerima TRT, pesawat induk TRT, pesawat penerima R.107, pemancar BC-191 N, pesawat pemancar dan penerima HF 156, pesawat pemancar dan penerima WS-19.
Alat-alat kesehatan yang dipamerkan seperti alat-alat operasi, pertolongan pertama/medis secara darurat dari Dr. Irsan dan Dr. Mustopo.
8.       Ruang Perang Kemerdekaan (8,9,10) : menempati tiga ruang yang memamerkan berbagai senjata api, perlengkapan berbagai senjata api, perlengkapan perang, panji-panji TKR dan pakaian penyamaran/seragam TKR yang dipergunakan dalam menghadapi Agresi Milier Belanda Pertama 21 Juli 1947 dan Agresi Militer kedua 18 Desember 1948.Agresi militer I berakhir dengan perjanjian Renville yang diataati TNI dengan melakukan hijrah meninggalkan pos-pos yang dikuasainya. Sedangkan Agresi Militer II mengakibatkan pemimpin-pemimpin RI ditangkap dan diasingkan. Disisi lain pasukan TNI melakukan gerilya dan wingate menuju kantong-kantong pertahanan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Akhirnya Belanda mengakiri dengan Perjanjian Roem-Royen, selanjutnya Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda mengakui kedaulatan RI atas wilayah yang dahulu disebut Hindia Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.

9.       Ruang Panji-panji (11) : Ruang khusus yang memamerkan benda-benda koleksi berupa bendera nasional, bendera Internasional (PBB) dan lambang-lambang kesatuan di lingkungan TNI AD seperti Pataka, Dhujana, Sempana, Tunggul, Pathola.



















10.   Ruang Gamad (12) : dipajang berbagai seragam TNI AD beserta Atributnya sejak tahun 1950 hingga sekarang.





















11.   Ruang Tanda-tanda kehormatan (13) : dipamerkan contoh tanda penghormatan berupa surat, medali, pita, wing terjun bagi prajurit TNI AD yang berjasa bagi bangsa dan negara RI.

12.   Ruang peristiwa-peristiwa (14, 15, 16) : menempati tiga ruang dengan menampilkan beberapa ancaman dan rongrongan radikal kiri (PKI) radikat kanan (DI/TII) serta separatisme (RMS) yang dapat ditumpas oleh TNI dan rakyat melalui operasi militer. Dipamerkan koleksi pakaian, peralatan, senjata api dan bendera yang ada hubungannya dengan Trikora/Komando Mandala pembebasan Irian Barat dan Operasi Seroja Timor Timur. 









































13.   Ruang Alat Peralatan (17) : terdapat koleksi benda-benda bersejarah berupa senjata-senjata, alat optik, alat perhubungan dan mesin IBM periode tahun 1950 yang saat itu merupakan peralatan standar maupun non standar.
















14.   Ruang Piagam Keutuhan TNI AD dan Kontingen Garuda ( 18 ) : dipamerkan perlengkapan yang dipergunakan dalam penandatanganan piagam keutuhan TNI AD (Koleksi kursi), tempat obor, dan photocopu naskah piagam), bagian penugasan internasional (pasukan kontingen garuda), photo-photo  pakaian dinas lapangan, baret dan senjata M.16.

15.   Ruang Pahlawan Revolusi (19) : memamerkan koleksi perlengkapan, seragam, lukisan, riwayat hidup dari 9 pahlawan Revolusi :
-          Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani
-          Letjen TNI Anumerta R.Suprapto
-          Letjen TNI Anumerta MT. Haryono
-          Letjen TNI Anumerta S.Parman
-          Brigjen TNI Anumerta Donald Izacus Pandjaitan
-          Brigjen Seotojo Siswomihardjo
-          Kapten Czi Anumerta Piere Tendean
-          Brigjen TNI Anumerta Katamso
-          Kolonel Inf. Anumerta Sugiyono
Dipamerkan juga tongkat yang dipergunakan Jenderal Besar TNI A.H. Nasution akibat tertembak oleh gerombolan G.30 S/PKI
















16.   Ruang Penumpasan G.30 S/PKI (20) : penumpasan G.30 S/PKI dilakukan oleh pasukan Kostrad  yang dipimpin oleh Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto dan RPKAD dibawah pimpinan Kolonel Inf. Sarwo Edhi Wibowo serta unsur TNI lainnya. Gerakan penumpasan dilakukan di daerah Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur sedangkan di luar Jawa dilakukan oleh Kodam Setempat. Beberapa benda yang dipamerkan  yaitu perlengkapan militer Pangkostrad, perlengkapan militern Danrem RPKAD, senjata-senjata yang dipergunakan dalam operasi Trisula, serta beberapa senjata dan benda-benda hasil rampasan dari pemuda rakyat (underbouw PKI).
















17.   Halaman Gedung Museum : dipamerkan koleksi tank daa meriam, dihalaman belakang tank serta ruang bawah tanah, halaman samping kanan dipamerkan penangkis serangan udara dan torpedo.
   
Keberadaan Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama dikategorikan museum perjuangan maupun museum militer yang didalamnya mengandung nilai-nilai ’45 dan nilai-nilai TNI ’45 yang senantiasa harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda bangsa Indonesia. Selain itu Museum Pusat TNI Angkatan Darat Dharma Wiratama memberikan fungsinya sebagai tempat yang memberikan informatif, instruktif, edukati, dan rekeatif bagi masyarakat luas.

No comments:

Post a Comment