Thursday, January 22, 2015

Benteng Vredeburg



BENTENG VREDEBURG

 






Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat strategis karena berada dipusat kota Yogyakarta. Luas tanah yang ditempati yaitu seluas 22.480 m2 dengan batas sebelah utara : Jl. Pabringan, sebelah timur : Jl. Sriwedari, sebelah selatan : Jl. Panembahan Senopati, dan sebelah barat : Jl. Jenderal Ahmad Yani. Karena letak yang strategis maka Museum Benteng Vredeburg sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan atau event-event berskala nasional maupun regional.    

 

Berdirinya Benteng Vredeburg berkaitan dengan adanya Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi. Perjanjian ini sebenarnya hasil rekayasa politik Belanda yang ingin ikut campur tangan dalam urusan negeri Raja-raja Jawa. Pada hakekatnya perjanjian Giyanti tersebut merupakan usaha untuk membelah kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah Pangeran Mangkubumi yang nantinya bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono Senopat Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatul I. Sedangkan Kasunanan Surakarta diperintah Paku Buwono III.

Selanjutnya Sri Sultan Hamengku Buwono I mengambil langkah untuk segera membangun Kraton. Sri Sultan Hamengku Buwono I selain seorang panglima perang yang tangguh juga seorang ahli bangunan yang hebat. Proses pembangunan kraton cukup lama dimulai 9 Oktober 1755 sampai dengan tahun 1792. Melihat pembangunan kraton yang pesat, menimbulkan sikap curiga dipihak Belanda. Mengantisipasi keadaan ini Belanda bertaktik dengan mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng dekat kraton dengan dalih untuk menjaga keamanan Kraton dan sekitarnya. Dibalik itu semua, tujuan utama yaitu memudahkan pengawasan kegiatan Sultan di Kratonnya. Sultan mengizinkan pembuatan benteng, tetapi dalam perjalanannya proses pembuatan lambat. Hal ini dikarenakan Sultan mengetahui tujuan utama Belanda mendirikan Benteng dekat Kraton. Oleh sebab itu proses pembuatannya diperlambat. Setelah selesai, Benteng diberi nama ”Rustenburg” atau Benteng Peristirahatan. Selang beberapa tahun diganti namanya menjadi Benteng ”Vredeburg” atau Benteng Perdamaian. Hal ini diambil dari manifestasi hubungan Sultan dengan pihak Belanda yang tidak saling serang waktu itu.

Dalam perkembangan politik di Indonesia, Benteng Vredeburg mengalami perubahan status kepemilikan. Yaitu diakui milik Belanda, Jepang, dan terakhir dalam pengawasan Indonesia sampai sekarang.
       

A.    Koleksi Museum Benteng Vredeburg

Koleksi museum adalah jenis benda bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya yang disimpan dalam museum dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta kebudayaan. Museum Benteng Vredeburg dikhusukan untuk museum sejarah perjuangan nasional. Sampai saat ini Museum Benteng Vredeburg menyajikan koleksi-koleksi seperti diantaranya :

1.        Koleksi Bangunan
1.1.       Selokan atau Parit
Pembuatan parit atau selokan ini dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh. Parit dibuat disekeliling benteng dengan perhitungan musuh akan datang dari segala arah. Tetapi dalam perkembangannya parit tidak berfungsi lagi sebagai sarana pertahanan tetapi sebagai sarana pembuangan. Sisa parit dapat dilihat dibawah jembatan depan gerbang sebelah barat.
1.2.       Jembatan
Dahulunya sebagai jembatan angkat untuk menghubungkan daerah dalam benteng dengan daerah luar benteng. Saat ini jembatan dapat dilihat adalah jembatan yang mengalami banyak perubahan dan berkembangnya teknologi maka jembatan tidak lagi berupa jembatan gantung, tetapi dibuat permanen. karena kondisi benteng yang tidak mampu menopang kendaraan perang yang keluar masuk benteng.
1.3.       Tembok (beteng)
Tembok sebagai lapisan kedua setelah parit. Pembangunan tembok dan anjungan sehingga benteng Vredeburg berfungsi sebagai pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. Sekarang sebagian anjungan (barat, timur, dan selatan) masih dapat disaksikan. Juga relung-relung di atas tembok sebagai tempat meriam.   
1.4.       Pintu Gerbang
Dibangun sebagai jalan keluar dan masuk komplek benteng. Sekarang hanya ditemukan tiga buah pintu gerbang yaitu sebelah barat, timur, dan selatan. Di sebelah selatan dibuat kecil (berbentuk terowongan).   
1.5.       Bangunan-bangunan dibagian tengah
Berupa bangsal-bangsal  yang semula sebagai barak para prajurit maupun perwira. Dalam perkembangannya bukan sebagai tempat pertahanan melainkan tangsi militer atau tempat tinggal. Bangunan berupa lapangan didalam komplek yang luas.
2.        Koleksi Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda-benda nyata bukan tiruan dan berperan dalam suatu proses terjadinya peristiwa sejarah dalam pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan. Berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah, pakaian, peralatan dapur dan lain-lain
3.        Koleksi miniatur, replika, lukisan, dan benda-benda conventioanal.
Koleksi berupa Miniatur, replika, lukiasa, hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan. Akan tetapi karena besar arti dan peranannya dalam pengembangan sejarah maka perlu dilestarikan yaitu dengan membuat replika.
4.        Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan penggambaran suatu peristiwa dengan sistem tiga dimensi. Saat ini Museum Benteng Vredeburg telah menyajikan adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55 buah, yang ditempatkan dalam 4 ruang (minirama I, II, III dan IV)



Minirama I, sekilas menggambarkan peristiwa sejarah kurun waktu perang Diponegoro sampai dengan masa pendudukan Jepang di Yogyakarta. Sebanyak 11 buah minirama.

















Minirama II, menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak Proklamasi sampai dengan Agresi Militer Belanda I. Sebanyak 19 buah minirama.


Minirama III,  menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak Perjanjian Renville sampai dengan Pengakuan Kedaulatan RIS. Sebanyak 18 buah minirama.

Minirama IV, menggambarkan selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951 sampai dengan tahun 1974 yaitu peristiwa pemilihan umum pertama di Yogyakarta, konferensi Colombo, Seminar pancasila, pencanangan Trikora, peristiwa dan penumpasan G 30 S PKI di Yogyakarta, serta amanat Presiden Suharto tentang P 4 di UGM.


Keberadaan Benteng Vredeburg sekarang menjadi obyek kunjungan wisata baik wisata studi maupun rekreasi. Sedangkan pengunjungnya berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini disebabkan letak Beteng Vredeburg yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan terkenal di Yogyakarta yaitu Pasar Bringharjo. Sehingga sebagai salah satu daya tarik pengunjung untuk datang dan melihat koleksi di Museum Benteng Vredeburg. Keadaan bangunan Museum Benteng Vredeburg sekarang ada yang dialih fungsikan dari fungsi semula. Hal ini lebih diutamakan peran Museum Benteng Vredeburg dahulu dan sekarang berbeda. Dahulu sebagai tempat pertahanan, sekarang lebih utama sebagai cagar budaya sejarah bangsa yang harus dilestarikan sebagai tempat pembinaan bagi generasi muda supaya tidak melupakan sejarah bangsanya.

No comments:

Post a Comment